a Kelompok 1, 3, dan 5: membaca Q.S an-Nisa/4: 59 sesuai kaidah ilmu tajwid, khususnya hukum bacaan alif lam syamsiyyah dan alif lam qamariyyah. b. Kelompok 2, 4, dan 6: membaca Q.S. an-Nahl/16: 64 sesuai kaidah ilmu tajwid, khususnya hukum bacaan alif lam syamsiyyah dan alif lam qamariyyah
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID jzviTA2vizXva7-0axKzPz7WrmoCoVWnd1VLz4YD2_SNoMhBpel-eg==
Tajwidsurat an Nisa ayat 135 Surat An Nisa Ayat 1 Latin Dan Arab Serta Arti Perkata Dan Kandungan. Surah An Nisa Ayat 136 - YouTube. Makna Surat An Nisa Ayat 136 dan Bacaannya dalam Arab dan Latin. Tafsir Ibnu Katsir Surah An-Nisaa' ayat 36 | alqur'anmulia. Al-Qur'an Surat An-Nisa Ayat ke-136 | merdeka.com. artikan surat an nisa ayat 136
Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh, selamat datang sahabat kajian di website kami. Pada artikel kali ini, kita akan membahas tentang hukum-hukum Tajwid yang terdapat pada surat An-Nisa Ayat 4. An-Nisa, yang berarti perempuan. Surat ini di sebut sebagai salah satu surat yang banyak membahas tentang wanita dibandingkan dengan surat-surat lainnya. Selain itu, surat ini juga menjelaskan tentang perilaku syirik atau menyekutukan Tuhan dan siksa pedih bagi tiap-tiap manusia yang mengerjakannya. Sesuai dengan permintaannya sahabat kajian, berikut hukum-hukum tajwid yang terdapat pada surat An-Nisa Ayat 4. semoga dengan adanya artikel ini bisa membantu sahabat dalam membaca Al-Qur'an dengan lebih baik dan sesuai dengan kaidah Tajwid Surat An-Nisa Ayat 4Berikut surat An-Nisa Ayat 4 dan artinya وَاٰتُوا النِّسَاۤءَ صَدُقٰتِهِنَّ نِحْلَةً ۗ فَاِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِّنْهُ نَفْسًا فَكُلُوْهُ هَنِيْۤـًٔا مَّرِيْۤـًٔاArtinya "4. Dan berikanlah maskawin mahar kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati".Berikut hukum-hukum tajwid yang terdapat pada penggalan surat An-Nisa Ayat 4 tersebutPada kalimat وَاٰتُوا, hukumnya mad badal. Karena huruf mad و bertemu dengan Hamzah dalam satu kalimat. Dibaca 2 kalimat النِّسَاۤءَ, hukumya ada 2. Pertama Alif lam syamsiah karena huruf lam ل bertemu dengan huruf syamsiah nun ن. Kedua, terdapat hukum Mad wajib muttasil, sebab huruf mad ا bertemu dengan Hamzah ء.Pada kalimat صَدُقٰتِهِنَّ tepatnya pada huruf qaf ق, hukumnya mad asli. Karena terdapat baris yang berharkat Fatah tegak di atas huruf qaf. Panjangnya 1 Alif 2 kalimat صَدُقٰتِهِنَّ نِحْلَةً, yaitu pada huruf nun bertasydid berjumpa dengan nun, maka hukumnya idgham bila ghunnah. Huruf idgam bila ghunnah ada 4, yaitu ya ي, wawو, mimم, dan nunن.Pada kalimat نِحْلَةً, yaitu pada huruf ta marbutah yang diatasnya terdapat baris 2, maka jika diwakaf cara membacanya, huruf ta ت berubah menjadi huruf kalimat فَاِنْ طِبْنَ, yaitu huruf nun mati bertemu dengan huruf ط, maka hukumnya ikhfa. Cara membacanya dengan mendengungkan selama 3 kalimat طِبْنَ, yaitu pada huruf baب hukumnya qalqalah sughra kecil. Cara membacanya dengan memantulkan nya dengan kalimat لَكُمْ عَنْ, tepatnya pada huruf mim mati yang bertemu dengan huruf ain ع, hukum nya Idzhar Syafawi. Dibaca dengan jelas. Pada kalimat عَنْ شَيْءٍ, yakni pada huruf nun mati yang bertemu dengan huruf sya ش, hukumnya ikhfa. Dibaca dengan mendengungkan selama 3 harkat. Pada kalimat شَيْءٍ, hukumnya mad Lin. Karena huruf ya mati atau sukun didahului oleh huruf sya ش yang berbaris Fatah. Panjangnya 2 harkat. Pada kalimat شَيْءٍ مِّنْهُ, yaitu pada huruf Hamzah ء bertanwin yang bertemu dengan huruf mim م bertasydid, hukumnya idgham kalimat مِّنْهُ, hukumnya Idzhar. Karena huruf nun mati atau sukun bertemu dengan huruf ha ه.Pada kalimat نَفْسًا فَكُلُوْهُ, yaitu ketika huruf sin س bertanwin atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf ikhfa yaitu fa ف, maka hukumnya ikhfa. Dibaca dengan mendengungkan nya selama 3 kalimat فَكُلُوْهُ, hukumnya mad ashli. Karena huruf lam yang berbaris dzummah bertemu waw sukun. Dibaca dengan memanjangkan selama 1 Alif 2 harkat. Pada kalimat هَنِيْۤـًٔا, hukumnya mad wajib muttasil. Karena huruf mad ى bertemu dengan Hamzah dalam satu kalimat. Panjangnya 5 atau 6 kalimat هَنِيْۤـًٔا مَّرِيْۤـًٔا, yakni ketika tanwin bertemu huruf mim, maka hukumnya idgham biqhunnah. Karena tanwin bertemu dengan salah satu huruf idgham biqhunnah yaitu mim م.Pada kalimat مَّرِيْۤـًٔا, tepatnya ketika huruf mad yaitu ya ى bertemu dengan Hamzah ء dalam satu kalimat, maka hukumnya mad wajib muttasil. Selain itu, juga terdapat hukum lainnya yaitu mad iwadh. Dikarenakan huruf Hamzah ء yang berharkat atau berbaris tanwin jika di wakaf maka dibaca layaknya satu baris. Panjangnya 2 semoga kajian hukum tajwid pada surat An-Nisa Ayat 4 diatas bisa membantu sahabat kajian dalam memperbaiki bacaan-bacaan Al-Qur'an. Karena, memang membaca Al-Qur'an sesuai dengan ketentuan ilmu tajwid merupakan fardhu ain yang perlu diperhatikan dan diimplementasikan setiap muslim dan muslimah sewaktu membaca Al-Qur'an.
Kiranyaamat penting dan perlu kita mengetahui analisis hukum tajwid Al-Quran Surat An-Nisa ayat 59 tersebut. Berikut ini silakan disimak uraiannya: Penjelasan dari nomor-nomor di atas adalah: يٰۤاَ يُّهَا hukumnya Mad jaiz munfasil alasannya karena huruf mad bertemu hamzah dalam satu kata. Dibaca panjang 2, 4 atau 5 harakat.
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا Yā ayyuhan-nāsuttaqū rabbakumul-lażī khalaqakum min nafsiw wāḥidatiw wa khalaqa minhā zaujahā wa baṡṡa minhumā rijālan kaṡīraw wa nisā'ān, wattaqullāhal-lażī tasā'alūna bihī wal-arḥāma, innallāha kāna alaikum raqībān. Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu Adam dan Dia menciptakan darinya pasangannya Hawa. Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan peliharalah hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu. وَاٰتُوا الْيَتٰمٰىٓ اَمْوَالَهُمْ وَلَا تَتَبَدَّلُوا الْخَبِيْثَ بِالطَّيِّبِ ۖ وَلَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَهُمْ اِلٰٓى اَمْوَالِكُمْ ۗ اِنَّهٗ كَانَ حُوْبًا كَبِيْرًا Wa ātul-yatāmā amwālahum wa lā tatabaddalul-khabīṡa biṭ-ṭayyibi, wa lā ta'kulū amwālahum ilā amwālikum, innahū kāna ḥūban kabīrān. Berikanlah kepada anak-anak yatim yang sudah dewasa harta mereka. Janganlah kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan janganlah kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan menukar dan memakan itu adalah dosa yang besar. وَاِنْ خِفْتُمْ اَلَّا تُقْسِطُوْا فِى الْيَتٰمٰى فَانْكِحُوْا مَا طَابَ لَكُمْ مِّنَ النِّسَاۤءِ مَثْنٰى وَثُلٰثَ وَرُبٰعَ ۚ فَاِنْ خِفْتُمْ اَلَّا تَعْدِلُوْا فَوَاحِدَةً اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ ذٰلِكَ اَدْنٰٓى اَلَّا تَعُوْلُوْاۗ Wa in khiftum allā tuqsiṭū fil-yatāmā fankiḥū mā ṭāba lakum minan-nisā'i maṡnā wa ṡulāṡa wa rubāa, fa in khiftum allā tadilū fa wāḥidatan au mā malakat aimānukum, żālika adnā allā taūlū. Jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yatim bilamana kamu menikahinya, nikahilah perempuan lain yang kamu senangi dua, tiga, atau empat. Akan tetapi, jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, nikahilah seorang saja atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat untuk tidak berbuat zalim. وَاٰتُوا النِّسَاۤءَ صَدُقٰتِهِنَّ نِحْلَةً ۗ فَاِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِّنْهُ نَفْسًا فَكُلُوْهُ هَنِيْۤـًٔا مَّرِيْۤـًٔا Wa ātun-nisā'a ṣaduqātihinna niḥlahtan, fa in ṭibna lakum an syai'im minhu nafsan fa kulūhu hanī'am marī'ān. Berikanlah mahar kepada wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari mahar itu dengan senang hati, terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati. وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاۤءَ اَمْوَالَكُمُ الَّتِيْ جَعَلَ اللّٰهُ لَكُمْ قِيٰمًا وَّارْزُقُوْهُمْ فِيْهَا وَاكْسُوْهُمْ وَقُوْلُوْا لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا Wa lā tu'tus-sufahā'a amwālakumul-latī jaalallāhu lakum qiyāmaw warzuqūhum fīhā waksūhum wa qūlū lahum qaulam marūfān. Janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya harta mereka yang ada dalam kekuasaan-mu yang Allah jadikan sebagai pokok kehidupanmu. Berilah mereka belanja dan pakaian dari hasil harta itu dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik. وَابْتَلُوا الْيَتٰمٰى حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغُوا النِّكَاحَۚ فَاِنْ اٰنَسْتُمْ مِّنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوْٓا اِلَيْهِمْ اَمْوَالَهُمْ ۚ وَلَا تَأْكُلُوْهَآ اِسْرَافًا وَّبِدَارًا اَنْ يَّكْبَرُوْا ۗ وَمَنْ كَانَ غَنِيًّا فَلْيَسْتَعْفِفْ ۚ وَمَنْ كَانَ فَقِيْرًا فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوْفِ ۗ فَاِذَا دَفَعْتُمْ اِلَيْهِمْ اَمْوَالَهُمْ فَاَشْهِدُوْا عَلَيْهِمْ ۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ حَسِيْبًا Wabtalul-yatāmā ḥattā iżā balagun-nikāḥa, fa in ānastum minhum rusydan fadfaū ilaihim amwālahum, wa lā ta'kulūhā isrāfaw wa bidāran ay yakbarū, wa man kāna ganiyyan falyastafif, wa man kāna faqīran falya'kul bil-marūfi, fa iżā dafatum ilaihim amwālahum fa asyhidū alaihim, wa kafā billāhi ḥasībān. Ujilah anak-anak yatim itu dalam hal mengatur harta sampai ketika mereka cukup umur untuk menikah. Lalu, jika menurut penilaianmu mereka telah pandai mengatur harta, serahkanlah kepada mereka hartanya. Janganlah kamu memakannya harta anak yatim melebihi batas kepatutan dan janganlah kamu tergesa-gesa menghabiskannya sebelum mereka dewasa. Siapa saja di antara pemelihara itu mampu, maka hendaklah dia menahan diri dari memakan harta anak yatim itu dan siapa saja yang fakir, maka bolehlah dia makan harta itu menurut cara yang baik. Kemudian, apabila kamu menyerahkan harta itu kepada mereka, hendaklah kamu adakan saksi-saksi. Cukuplah Allah sebagai pengawas. لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدٰنِ وَالْاَقْرَبُوْنَۖ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدٰنِ وَالْاَقْرَبُوْنَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ اَوْ كَثُرَ ۗ نَصِيْبًا مَّفْرُوْضًا Lir-rijāli naṣībum mimmā tarakal-wālidāni wal-aqrabūna, wa lin-nisā'i naṣībum mimmā tarakal-wālidāni wal-aqrabūna mimmā qalla minhu au kaṡura, naṣībam mafrūḍān. Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya dan bagi perempuan ada hak bagian pula dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, baik sedikit maupun banyak, menurut bagian yang telah ditetapkan. وَاِذَا حَضَرَ الْقِسْمَةَ اُولُوا الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنُ فَارْزُقُوْهُمْ مِّنْهُ وَقُوْلُوْا لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا Wa iżā ḥaḍaral-qismata ulul-qurbā wal-yatāmā wal-masākīnu farzuqūhum minhu wa qūlū lahum qaulam marūfān. Apabila saat pembagian itu hadir beberapa kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, berilah mereka sebagian dari harta itu dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik. وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا Walyakhsyal-lażīna lau tarakū min khalfihim żurriyyatan ḍiāfan khāfū alaihim, falyattaqullāha walyaqūlū qaulan sadīdān. Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya mati meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah yang mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar dalam hal menjaga hak-hak keturunannya. اِنَّ الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ اَمْوَالَ الْيَتٰمٰى ظُلْمًا اِنَّمَا يَأْكُلُوْنَ فِيْ بُطُوْنِهِمْ نَارًا ۗ وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيْرًا ࣖ Innal-lażīna ya'kulūna amwālal-yatāmā ẓulman innamā ya'kulūna fī buṭūnihim nārān, wa sayaṣlauna saīrān. Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala neraka. يُوْصِيْكُمُ اللّٰهُ فِيْٓ اَوْلَادِكُمْ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِ ۚ فَاِنْ كُنَّ نِسَاۤءً فَوْقَ اثْنَتَيْنِ فَلَهُنَّ ثُلُثَا مَا تَرَكَ ۚ وَاِنْ كَانَتْ وَاحِدَةً فَلَهَا النِّصْفُ ۗ وَلِاَبَوَيْهِ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا السُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ اِنْ كَانَ لَهٗ وَلَدٌ ۚ فَاِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهٗ وَلَدٌ وَّوَرِثَهٗٓ اَبَوٰهُ فَلِاُمِّهِ الثُّلُثُ ۚ فَاِنْ كَانَ لَهٗٓ اِخْوَةٌ فَلِاُمِّهِ السُّدُسُ مِنْۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُّوْصِيْ بِهَآ اَوْ دَيْنٍ ۗ اٰبَاۤؤُكُمْ وَاَبْنَاۤؤُكُمْۚ لَا تَدْرُوْنَ اَيُّهُمْ اَقْرَبُ لَكُمْ نَفْعًا ۗ فَرِيْضَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيْمًا حَكِيْمًا Yūṣīkumullāhu fī aulādikum liż-żakari miṡlu ḥaẓẓil-unṡayaini, fa in kunna nisā'an fauqaṡnataini fa lahunna ṡuluṡā mā taraka, wa in kānat wāḥidatan fa lahan-niṣfu, wa li abawaihi likulli wāḥidim minhumas-sudusu mimmā taraka in kāna lahū waladun, fa illam yakul lahū waladuw wa wariṡahū abawāhu fa li'ummihiṡ-ṡuluṡu, fa in kāna lahū ikhwatun fa li'ummihis-sudusu mim badi waṣiyyatiy yūṣī bihā au dainin, ābā'ukum wa abnā'ukum, lā tadrūna ayyuhum aqrabu lakum nafān, farīḍatam minallāhi, innallāha kāna alīman ḥakīmān. Allah mensyariatkan mewajibkan kepadamu tentang pembagian warisan untuk anak-anakmu, yaitu bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. Jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia anak perempuan itu seorang saja, dia memperoleh setengah harta yang ditinggalkan. Untuk kedua orang tua, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia yang meninggal mempunyai anak. Jika dia yang meninggal tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua orang tuanya saja, ibunya mendapat sepertiga. Jika dia yang meninggal mempunyai beberapa saudara, ibunya mendapat seperenam. Warisan tersebut dibagi setelah dipenuhi wasiat yang dibuatnya atau dan dilunasi utangnya. Tentang orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. ۞ وَلَكُمْ نِصْفُ مَا تَرَكَ اَزْوَاجُكُمْ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهُنَّ وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَ لَهُنَّ وَلَدٌ فَلَكُمُ الرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْنَ مِنْۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُّوْصِيْنَ بِهَآ اَوْ دَيْنٍ ۗ وَلَهُنَّ الرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْتُمْ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّكُمْ وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَ لَكُمْ وَلَدٌ فَلَهُنَّ الثُّمُنُ مِمَّا تَرَكْتُمْ مِّنْۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ تُوْصُوْنَ بِهَآ اَوْ دَيْنٍ ۗ وَاِنْ كَانَ رَجُلٌ يُّوْرَثُ كَلٰلَةً اَوِ امْرَاَةٌ وَّلَهٗٓ اَخٌ اَوْ اُخْتٌ فَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا السُّدُسُۚ فَاِنْ كَانُوْٓا اَكْثَرَ مِنْ ذٰلِكَ فَهُمْ شُرَكَاۤءُ فِى الثُّلُثِ مِنْۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُّوْصٰى بِهَآ اَوْ دَيْنٍۙ غَيْرَ مُضَاۤرٍّ ۚ وَصِيَّةً مِّنَ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَلِيْمٌۗ Wa lakum niṣfu mā taraka azwājukum illam yakul lahunna waladun, fa in kāna lahunna waladun fa lakumur-rubuu mimmā tarakna mim badi waṣiyyatiy yūṣīna bihā au dainin, wa lahunnar-rubuu mimmā taraktum illam yakul lakum waladun, fa in kāna lakum waladun fa lahunnaṡ-ṡumunu mimmā taraktum mim badi waṣiyyatiy tūṣūna bihā au dainin, wa in kāna rajuluy yūraṡu kalālatan awimra'atuw wa lahū akhun au ukhtun fa likulli wāḥidatim minhumas-sudusu, fa in kānū akṡara min żālika fa hum syurakā'u fiṡ-ṡuluṡi mim badi waṣiyyatiy yūṣā bihā au dainin, gaira muḍārrin, waṣiyyatam minallāhi, wallāhu alīmun ḥalīmun. Bagimu para suami seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika mereka istri-istrimu itu mempunyai anak, kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya setelah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau dan setelah dibayar utangnya. Bagi mereka para istri seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, bagi mereka para istri seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan setelah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau dan setelah dibayar utang-utangmu. Jika seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, meninggal dunia tanpa meninggalkan ayah dan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki seibu atau seorang saudara perempuan seibu, bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Akan tetapi, jika mereka saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, mereka bersama-sama dalam bagian yang sepertiga itu, setelah dipenuhi wasiat yang dibuatnya atau dan setelah dibayar utangnya dengan tidak menyusahkan ahli waris. Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun. تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ ۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ يُدْخِلْهُ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا ۗ وَذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ Tilka ḥudūdullāhi, wa may yuṭiillāha wa rasūlahū yudkhilhu jannātin tajrī min taḥtihal-anhāru khālidīna fīhā, wa żālikal-fauzul-aẓīmu. Itu adalah batas-batas ketentuan Allah. Siapa saja yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang sangat besar. وَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَيَتَعَدَّ حُدُوْدَهٗ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيْهَاۖ وَلَهٗ عَذَابٌ مُّهِيْنٌ ࣖ Wa may yaṣillāha wa rasūlahū wa yataadda ḥudūdahū yudkhilhu nāran khālidan fīhā, wa lahū ażābum muhīnun. Siapa saja yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya serta melanggar batas-batas ketentuan-Nya, niscaya Dia akan memasukkannya ke dalam api neraka. Dia kekal di dalamnya. Baginya azab yang menghinakan. وَالّٰتِيْ يَأْتِيْنَ الْفَاحِشَةَ مِنْ نِّسَاۤىِٕكُمْ فَاسْتَشْهِدُوْا عَلَيْهِنَّ اَرْبَعَةً مِّنْكُمْ ۚ فَاِنْ شَهِدُوْا فَاَمْسِكُوْهُنَّ فِى الْبُيُوْتِ حَتّٰى يَتَوَفّٰىهُنَّ الْمَوْتُ اَوْ يَجْعَلَ اللّٰهُ لَهُنَّ سَبِيْلًا Wal-lātī ya'tīnal-fāḥisyata min nisā'ikum fastasyhidū alaihinna arbaatam minkum, fa in syahidū fa amsikūhunna fil-buyūti ḥattā yatawaffāhunnal-mautu au yajalallāhu lahunna sabīlān. Para wanita yang melakukan perbuatan keji di antara wanita-wanita kamu, maka mintalah kesaksian atas perbuatan keji-nya dari empat orang di antara kamu. Apabila mereka telah memberikan kesaksian, tahanlah mereka para wanita itu dalam rumah sampai mereka menemui ajal atau sampai Allah memberi jalan yang lain kepadanya. وَالَّذٰنِ يَأْتِيٰنِهَا مِنْكُمْ فَاٰذُوْهُمَا ۚ فَاِنْ تَابَا وَاَصْلَحَا فَاَعْرِضُوْا عَنْهُمَا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ تَوَّابًا رَّحِيْمًا Wal-lażāni ya'tiyānihā minkum fa āżūhumā, fa in tābā wa aṣlaḥā fa ariḍū anhumā, innallāha kāna tawwābar raḥīmān. Jika ada dua orang di antara kamu yang melakukannya perbuatan keji, berilah hukuman kepada keduanya. Jika keduanya bertobat dan memperbaiki diri, biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. اِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّٰهِ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السُّوْۤءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوْبُوْنَ مِنْ قَرِيْبٍ فَاُولٰۤىِٕكَ يَتُوْبُ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا Innamat-taubatu alallāhi lil-lażīna yamalūnas-sū'a bijahālatin ṡumma yatūbūna min qarībin fa ulā'ika yatūbullāhu alaihim, wa kānallāhu alīman ḥakīmān. Sesungguhnya tobat yang pasti diterima Allah itu hanya bagi mereka yang melakukan keburukan karena kebodohan, kemudian mereka segera bertobat. Merekalah yang Allah terima tobatnya. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السَّيِّاٰتِۚ حَتّٰىٓ اِذَا حَضَرَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ اِنِّيْ تُبْتُ الْـٰٔنَ وَلَا الَّذِيْنَ يَمُوْتُوْنَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۗ اُولٰۤىِٕكَ اَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا Wa laisatit-taubatu lil-lażīna yamalūnas-sayyi'āti, ḥattā iżā ḥaḍara aḥadahumul-mautu qāla innī tubtul-āna wa lal-lażīna yamūtūna wa hum kuffārun, ulā'ika atadnā lahum ażāban alīmān. Tidaklah tobat itu diterima Allah bagi orang-orang yang melakukan keburukan sehingga apabila datang ajal kepada seorang di antara mereka, barulah dia mengatakan, “Saya benar-benar bertobat sekarang.” Tidak pula bagi orang-orang yang meninggal dunia, sementara mereka di dalam kekufuran. Telah Kami sediakan azab yang sangat pedih bagi mereka. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَحِلُّ لَكُمْ اَنْ تَرِثُوا النِّسَاۤءَ كَرْهًا ۗ وَلَا تَعْضُلُوْهُنَّ لِتَذْهَبُوْا بِبَعْضِ مَآ اٰتَيْتُمُوْهُنَّ اِلَّآ اَنْ يَّأْتِيْنَ بِفَاحِشَةٍ مُّبَيِّنَةٍ ۚ وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ ۚ فَاِنْ كَرِهْتُمُوْهُنَّ فَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّيَجْعَلَ اللّٰهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā yaḥillu lakum an tariṡun-nisā'a karhān, wa lā taḍulūhunna litażhabū bibaḍi mā ātaitumūhunna illā ay ya'tīna bifāḥisyatim mubayyinahtin, wa āsyirūhunna bil-marūfi, fa in karihtumūhunna fa asā an takrahū syai'aw wa yajalallāhu fīhi khairan kaṡīrān. Wahai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mewarisi perempuan dengan jalan paksa. Janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, kecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Pergaulilah mereka dengan cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, bersabarlah karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak di dalamnya. وَاِنْ اَرَدْتُّمُ اسْتِبْدَالَ زَوْجٍ مَّكَانَ زَوْجٍۙ وَّاٰتَيْتُمْ اِحْدٰىهُنَّ قِنْطَارًا فَلَا تَأْخُذُوْا مِنْهُ شَيْـًٔا ۗ اَتَأْخُذُوْنَهٗ بُهْتَانًا وَّاِثْمًا مُّبِيْنًا Wa in arattumustibdāla zaujim makāna zaujin, wa ātaitum iḥdāhunna qinṭāran falā ta'khużū minhu syai'ān, ata'khużūnahū buhtānaw wa iṡmam mubīnān. Jika kamu ingin mengganti istri dengan istri yang lain, sedangkan kamu telah memberikan kepada salah seorang di antara mereka harta yang banyak sebagai mahar, janganlah kamu mengambilnya kembali sedikit pun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan cara dusta dan dosa yang nyata? وَكَيْفَ تَأْخُذُوْنَهٗ وَقَدْ اَفْضٰى بَعْضُكُمْ اِلٰى بَعْضٍ وَّاَخَذْنَ مِنْكُمْ مِّيْثَاقًا غَلِيْظًا Wa kaifa ta'khużūnahū wa qad afḍā baḍukum ilā baḍiw wa akhażna minkum mīṡāqan galīẓān. Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal kamu telah menggauli satu sama lain sebagai suami istri dan mereka pun istri-istrimu telah membuat perjanjian yang kuat ikatan pernikahan denganmu? وَلَا تَنْكِحُوْا مَا نَكَحَ اٰبَاۤؤُكُمْ مِّنَ النِّسَاۤءِ اِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ ۗ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً وَّمَقْتًاۗ وَسَاۤءَ سَبِيْلًا ࣖ Wa lā tankiḥū mā nakaḥa ābā'ukum minan-nisā'i illā mā qad salafa, innahū kāna fāḥisyataw wa maqtān, wa sā'a sabīlān. Janganlah kamu menikahi wanita-wanita yang telah dinikahi oleh ayahmu, kecuali kejadian pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu sangat keji dan dibenci oleh Allah dan seburuk-buruk jalan yang ditempuh. حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ اُمَّهٰتُكُمْ وَبَنٰتُكُمْ وَاَخَوٰتُكُمْ وَعَمّٰتُكُمْ وَخٰلٰتُكُمْ وَبَنٰتُ الْاَخِ وَبَنٰتُ الْاُخْتِ وَاُمَّهٰتُكُمُ الّٰتِيْٓ اَرْضَعْنَكُمْ وَاَخَوٰتُكُمْ مِّنَ الرَّضَاعَةِ وَاُمَّهٰتُ نِسَاۤىِٕكُمْ وَرَبَاۤىِٕبُكُمُ الّٰتِيْ فِيْ حُجُوْرِكُمْ مِّنْ نِّسَاۤىِٕكُمُ الّٰتِيْ دَخَلْتُمْ بِهِنَّۖ فَاِنْ لَّمْ تَكُوْنُوْا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ ۖ وَحَلَاۤىِٕلُ اَبْنَاۤىِٕكُمُ الَّذِيْنَ مِنْ اَصْلَابِكُمْۙ وَاَنْ تَجْمَعُوْا بَيْنَ الْاُخْتَيْنِ اِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ۔ Ḥurrimat alaikum ummahātukum wa banātukum wa akhawātukum wa ammātukum wa khālātukum wa banātul-akhi wa banātul-ukhti wa ummahātukumul-lātī arḍanakum wa akhawātukum minar-raḍāati wa ummahātu nisā'ikum wa rabā'ibukumul-lātī fī ḥujūrikum min nisā'ikumul-lātī dakhaltum bihinna, fa illam takūnū dakhaltum bihinna falā junāḥa alaikum, wa ḥalā'ilu abnā'ikumul-lażīna min aṣlābikum, wa an tajmaū bainal-ukhtaini illā mā qad salafa, innallāha kāna gafūrar raḥīmān. Diharamkan atas kamu menikahi ibu-ibumu, anak-anak perempuanmu, saudara-saudara perempuanmu, saudara-saudara perempuan ayahmu, saudara-saudara perempuan ibumu, anak-anak perempuan dari saudara laki-lakimu, anak-anak perempuan dari saudara perempuanmu, ibu yang menyusuimu, saudara-saudara perempuanmu sesusuan, ibu istri-istrimu mertua, anak-anak perempuan dari istrimu anak tiri yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum bercampur dengan istrimu itu dan sudah kamu ceraikan, tidak berdosa bagimu menikahinya, dan diharamkan bagimu istri-istri anak kandungmu menantu, dan diharamkan pula mengumpulkan dalam pernikahan dua perempuan yang bersaudara, kecuali kejadian pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ۞ وَالْمُحْصَنٰتُ مِنَ النِّسَاۤءِ اِلَّا مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۚ كِتٰبَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ ۚ وَاُحِلَّ لَكُمْ مَّا وَرَاۤءَ ذٰلِكُمْ اَنْ تَبْتَغُوْا بِاَمْوَالِكُمْ مُّحْصِنِيْنَ غَيْرَ مُسٰفِحِيْنَ ۗ فَمَا اسْتَمْتَعْتُمْ بِهٖ مِنْهُنَّ فَاٰتُوْهُنَّ اُجُوْرَهُنَّ فَرِيْضَةً ۗوَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْمَا تَرَاضَيْتُمْ بِهٖ مِنْۢ بَعْدِ الْفَرِيْضَةِۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيْمًا حَكِيْمًا Wal-muḥṣanātu minan-nisā'i illā mā malakat aimānukum, kitāballāhi alaikum, wa uḥilla lakum mā warā'a żālikum an tabtagū bi'amwālikum muḥṣinīna gaira musāfiḥīna, famastamtatum bihī minhunna fa ātūhunna ujūrahunna farīḍahtan, wa lā junāḥa alaikum fīmā tarāḍaitum bihī mim badil-farīḍahti, innallāha kāna alīman ḥakīmān. Diharamkan juga bagi kamu menikahi perempuan-perempuan yang bersuami, kecuali hamba sahaya perempuan tawanan perang yang kamu miliki sebagai ketetapan Allah atas kamu. Dihalalkan bagi kamu selain perempuan-perempuan yang demikian itu, yakni kamu mencari istri dengan hartamu mahar untuk menikahinya, bukan untuk berzina. Karena kenikmatan yang telah kamu dapatkan dari mereka, berikanlah kepada mereka imbalannya maskawinnya sebagai suatu kewajiban. Tidak ada dosa bagi kamu mengenai sesuatu yang saling kamu relakan sesudah menentukan kewajiban itu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. وَمَنْ لَّمْ يَسْتَطِعْ مِنْكُمْ طَوْلًا اَنْ يَّنْكِحَ الْمُحْصَنٰتِ الْمُؤْمِنٰتِ فَمِنْ مَّا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ مِّنْ فَتَيٰتِكُمُ الْمُؤْمِنٰتِۗ وَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِاِيْمَانِكُمْ ۗ بَعْضُكُمْ مِّنْۢ بَعْضٍۚ فَانْكِحُوْهُنَّ بِاِذْنِ اَهْلِهِنَّ وَاٰتُوْهُنَّ اُجُوْرَهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ مُحْصَنٰتٍ غَيْرَ مُسٰفِحٰتٍ وَّلَا مُتَّخِذٰتِ اَخْدَانٍ ۚ فَاِذَآ اُحْصِنَّ فَاِنْ اَتَيْنَ بِفَاحِشَةٍ فَعَلَيْهِنَّ نِصْفُ مَا عَلَى الْمُحْصَنٰتِ مِنَ الْعَذَابِۗ ذٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ الْعَنَتَ مِنْكُمْ ۗ وَاَنْ تَصْبِرُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ࣖ Wa mal lam yastaṭi minkum ṭaulan ay yankiḥal-muḥṣanātil-mu'mināti fa mim mā malakat aimānukum min fatayātikumul-mu'mināti, wallāhu alamu bi'īmānikum, baḍukum mim baḍin, fankiḥūhunna bi'iżni ahlihinna wa ātūhunna ujūrahunna bil-marūfi muḥṣanātin gaira musāfiḥātiw wa lā muttakhiżāti akhdānin, fa iżā uḥṣinna fa in ataina bifāḥisyatin fa alaihinna niṣfu mā alal-muḥṣanāti minal-ażābi, żālika limay khasyial-anata minkum, wa an taṣbirū khairul lakum, wallāhu gafūrur raḥīmun. Siapa di antara kamu yang tidak mempunyai biaya untuk menikahi perempuan merdeka yang mukmin boleh menikahi perempuan mukmin dari para hamba sahaya yang kamu miliki. Allah lebih tahu tentang keimananmu. Sebagian kamu adalah sebagian dari yang lain seketurunan dari Adam dan Hawa. Oleh karena itu, nikahilah mereka dengan izin keluarga tuan mereka dan berilah mereka maskawin dengan cara yang pantas, dalam keadaan mereka memelihara kesucian diri, bukan pezina dan bukan pula perempuan yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya. Apabila mereka telah berumah tangga bersuami, tetapi melakukan perbuatan keji zina, hukuman atas mereka adalah setengah dari hukuman perempuan-perempuan merdeka yang tidak bersuami. Hal itu kebolehan menikahi hamba sahaya berlaku bagi orang-orang yang takut terhadap kesulitan dalam menghindari zina di antara kamu. Kesabaranmu lebih baik bagi kamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيُبَيِّنَ لَكُمْ وَيَهْدِيَكُمْ سُنَنَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَيَتُوْبَ عَلَيْكُمْ ۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ Yurīdullāhu liyubayyina lakum wa yahdiyakum sunanal-lażīna min qablikum wa yatūba alaikum, wallāhu alīmun ḥakīmun. Allah hendak menerangkan syariat-Nya kepadamu, menunjukkan kepadamu berbagai jalan kehidupan orang yang sebelum kamu para nabi dan orang-orang saleh, dan menerima tobatmu. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. وَاللّٰهُ يُرِيْدُ اَنْ يَّتُوْبَ عَلَيْكُمْ ۗ وَيُرِيْدُ الَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ الشَّهَوٰتِ اَنْ تَمِيْلُوْا مَيْلًا عَظِيْمًا Wallāhu yurīdu ay yatūba alaikum, wa yurīdul-lażīna yattabiūnasy-syahawāti an tamīlū mailan aẓīmān. Allah hendak menerima tobatmu, sedangkan orang-orang yang mengikuti hawa nafsu menghendaki agar kamu berpaling sejauh-jauhnya dari kebenaran. يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّخَفِّفَ عَنْكُمْ ۚ وَخُلِقَ الْاِنْسَانُ ضَعِيْفًا Yurīdullāhu ay yukhaffifa ankum, wa khuliqal-insānu ḍaīfān. Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِّنْكُمْ ۗ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā ta'kulū amwālakum bainakum bil-bāṭili illā an takūna tijāratan an tarāḍim minkum, wa lā taqtulū anfusakum, innallāha kāna bikum raḥīmān. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan cara yang batil tidak benar, kecuali berupa perniagaan atas dasar suka sama suka di antara kamu. Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ عُدْوَانًا وَّظُلْمًا فَسَوْفَ نُصْلِيْهِ نَارًا ۗوَكَانَ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرًا Wa may yafal żālika udwānaw wa ẓulman fa saufa nuṣlīhi nārān, wa kāna żālika alallāhi yasīrān. Siapa yang berbuat demikian dengan cara melanggar aturan dan berbuat zalim kelak Kami masukkan dia ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. اِنْ تَجْتَنِبُوْا كَبَاۤىِٕرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُّدْخَلًا كَرِيْمًا In tajtanibū kabā'ira mā tunhauna anhu nukaffir ankum sayyi'ātikum wa nudkhilkum mudkhalan karīmān. Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakan-nya, niscaya Kami menghapus kesalahan-kesalahanmu dan Kami memasukkanmu ke tempat yang mulia surga. وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍ ۗ لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوْا ۗ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ ۗوَسْـَٔلُوا اللّٰهَ مِنْ فَضْلِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا Wa lā tatamannau mā faḍḍalallāhu bihī baḍakum alā baḍin, lir-rijāli naṣībum mimmaktasabū, wa lin-nisā'i naṣībum mimmaktasabna, was'alullāha min faḍlihī, innallāha kāna bikulli syai'in alīmān. Janganlah kamu berangan-angan iri hati terhadap apa yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. Bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi perempuan pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala sesuatu. وَلِكُلٍّ جَعَلْنَا مَوَالِيَ مِمَّا تَرَكَ الْوَالِدٰنِ وَالْاَقْرَبُوْنَ ۗ وَالَّذِيْنَ عَقَدَتْ اَيْمَانُكُمْ فَاٰتُوْهُمْ نَصِيْبَهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدًا ࣖ Wa likullin jaalnā mawāliya mimmā tarakal-wālidāni wal-aqrabūna, wal-lażīna aqadat aimānukum fa ātūhum naṣībahum, innallāha kāna alā kulli syai'in syahīdān. Bagi setiap laki-laki dan perempuan Kami telah menetapkan para ahli waris atas apa yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya dan karib kerabatnya. Orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka, berikanlah bagian itu kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗوَالّٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا Ar-rijālu qawwāmūna alan-nisā'i bimā faḍḍalallāhu baḍahum alā baḍiw wa bimā anfaqū min amwālihim, faṣ-ṣāliḥātu qānitātun ḥāfiẓātul lil-gaibi bimā ḥafiẓallāhu, wal-lātī takhāfūna nusyūzahunna fa iẓūhunna wahjurūhunna fil-maḍājii waḍribūhunna, fa in aṭanakum falā tabgū alaihinna sabīlān, innallāha kāna aliyyan kabīrān. Laki-laki suami adalah penanggung jawab atas para perempuan istri karena Allah telah melebihkan sebagian mereka laki-laki atas sebagian yang lain perempuan dan karena mereka laki-laki telah menafkahkan sebagian dari hartanya. Perempuan-perempuan saleh adalah mereka yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada karena Allah telah menjaga mereka. Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, berilah mereka nasihat, tinggalkanlah mereka di tempat tidur pisah ranjang, dan kalau perlu, pukullah mereka dengan cara yang tidak menyakitkan. Akan tetapi, jika mereka menaatimu, janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabesar. وَاِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوْا حَكَمًا مِّنْ اَهْلِهٖ وَحَكَمًا مِّنْ اَهْلِهَا ۚ اِنْ يُّرِيْدَآ اِصْلَاحًا يُّوَفِّقِ اللّٰهُ بَيْنَهُمَا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيْمًا خَبِيْرًا Wa in khiftum syiqāqa bainihimā fabaṡū ḥakamam min ahlihī wa ḥakamam min ahlihā, iy yurīdā iṣlāḥay yuwaffiqillāhu bainahumā, innallāha kāna alīman khabīrān. Jika kamu para wali khawatir terjadi persengketaan di antara keduanya, utuslah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai dari keluarga perempuan. Jika keduanya bermaksud melakukan islah perdamaian, niscaya Allah memberi taufik kepada keduanya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti. ۞ وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ Wabudullāha wa lā tusyrikū bihī syai'aw wa bil-wālidaini iḥsānaw wa biżil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wal-jāri żil-qurbā wal-jāril-junubi waṣ-ṣāḥibi bil-jambi wabnis-sabīli, wa mā malakat aimānukum, innallāha lā yuḥibbu man kāna mukhtālan fakhūrān. Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak ya tim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnusabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri. ۨالَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ وَيَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَيَكْتُمُوْنَ مَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۗ وَاَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابًا مُّهِيْنًاۚ Al-lażīna yabkhalūna wa ya'murūnan-nāsa bil-bukhli wa yaktumūna mā ātāhumullāhu min faḍlihī, wa atadnā lil-kāfirīna ażābam muhīnān. Yaitu orang-orang yang kikir, menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu azab yang menghinakan. وَالَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ۗ وَمَنْ يَّكُنِ الشَّيْطٰنُ لَهٗ قَرِيْنًا فَسَاۤءَ قَرِيْنًا Wal-lażīna yunfiqūna amwālahum ri'ā'an-nasi wa lā yu'minūna billāhi wa lā bil-yaumil ākhiri, wa may yakunisy-syaiṭānu lahū qarīnan fasā'a qarīnān. Allah juga tidak menyukai orang-orang yang menginfakkan hartanya karena riya kepada orang lain dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari Akhir. Siapa yang menjadikan setan sebagai temannya, ketahuilah bahwa dia adalah seburuk-buruk teman. وَمَاذَا عَلَيْهِمْ لَوْ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقَهُمُ اللّٰهُ ۗوَكَانَ اللّٰهُ بِهِمْ عَلِيْمًا Wa māżā alaihim lau āmanū billāhi wal-yaumil-ākhiri wa anfaqū mimmā razaqahumullāhu, wa kānallāhu bihim alīmān. Apa ruginya bagi mereka seandainya mereka beriman kepada Allah dan hari Akhir serta menginfakkan sebagian rezeki yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka? Allah adalah Maha Mengetahui keadaan mereka. اِنَّ اللّٰهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ ۚوَاِنْ تَكُ حَسَنَةً يُّضٰعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَّدُنْهُ اَجْرًا عَظِيْمًا Innallāha lā yaẓlimu miṡqāla żarrahtin, wa in taku ḥasanatay yuḍāifhā wa yu'ti mil ladunhu ajran aẓīmān. Sesungguhnya Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun sebesar zarah. Jika sesuatu yang sebesar zarah itu berupa kebaikan, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya. فَكَيْفَ اِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ اُمَّةٍۢ بِشَهِيْدٍ وَّجِئْنَا بِكَ عَلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ شَهِيْدًاۗ Fa kaifa iżā ji'nā min kulli ummatim bisyahīdiw wa ji'nā bika alā hā'ulā'i syahīdān. Bagaimanakah keadaan manusia kelak pada hari Kiamat jika Kami mendatangkan seorang saksi rasul dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau Nabi Muhammad sebagai saksi atas mereka? يَوْمَىِٕذٍ يَّوَدُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَعَصَوُا الرَّسُوْلَ لَوْ تُسَوّٰى بِهِمُ الْاَرْضُۗ وَلَا يَكْتُمُوْنَ اللّٰهَ حَدِيْثًا ࣖ Yauma'iżiy yawaddul-lażīna kafarū wa aṣawur-rasūla lau tusawwā bihimul-arḍu, wa lā yaktumūnallāha ḥadīṡān. Pada hari itu orang-orang yang kufur dan mendurhakai Rasul Nabi Muhammad berharap seandainya mereka diratakan dengan tanah dikubur atau hancur luluh menjadi tanah, padahal mereka tidak dapat menyembunyikan suatu kejadian pun dari Allah. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقْرَبُوا الصَّلٰوةَ وَاَنْتُمْ سُكٰرٰى حَتّٰى تَعْلَمُوْا مَا تَقُوْلُوْنَ وَلَا جُنُبًا اِلَّا عَابِرِيْ سَبِيْلٍ حَتّٰى تَغْتَسِلُوْا ۗوَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُوْرًا Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā taqrabuṣ-ṣalāta wa antum sukārā ḥattā talamū mā taqūlūna wa lā junuban illā ābirī sabīlin ḥattā tagtasilū, wa in kuntum marḍā au alā safarin au jā'a aḥadum minkum minal-gā'iṭi au lāmastumun-nisā'a falam tajidū mā'an fa tayammamū ṣaīdan ṭayyiban famsaḥū biwujūhikum wa aidīkum, innnallāha kāna afuwwan gafūrān. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah mendekati salat, sedangkan kamu dalam keadaan mabuk sampai kamu sadar akan apa yang kamu ucapkan dan jangan pula menghampiri masjid ketika kamu dalam keadaan junub, kecuali sekadar berlalu saja sehingga kamu mandi junub. Jika kamu sakit, sedang dalam perjalanan, salah seorang di antara kamu kembali dari tempat buang air, atau kamu telah menyentuh perempuan, sedangkan kamu tidak mendapati air, maka bertayamumlah kamu dengan debu yang baik suci. Usaplah wajah dan tanganmu dengan debu itu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ اُوْتُوْا نَصِيْبًا مِّنَ الْكِتٰبِ يَشْتَرُوْنَ الضَّلٰلَةَ وَيُرِيْدُوْنَ اَنْ تَضِلُّوا السَّبِيْلَۗ Alam tara ilal-lażīna ūtū naṣībam minal-kitābi yasytarūnaḍ-ḍalālata wa yurīdūna an taḍillus-sabīla. Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah diberi bagian pengetahuan dari Kitab Taurat? Mereka membeli kesesatan dan menghendaki agar kamu tersesat dari jalan yang benar. وَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِاَعْدَاۤىِٕكُمْ ۗوَكَفٰى بِاللّٰهِ وَلِيًّا ۙوَّكَفٰى بِاللّٰهِ نَصِيْرًا Wallāhu alamu bi'adā'ikum, wa kafā billāhi waliyyaw wa kafā billāhi naṣīrān. Allah lebih tahu daripada kamu tentang musuh-musuhmu. Cukuplah Allah menjadi pelindung dan cukuplah Allah menjadi penolong kamu. مِنَ الَّذِيْنَ هَادُوْا يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ عَنْ مَّوَاضِعِهٖ وَيَقُوْلُوْنَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَّرَاعِنَا لَيًّاۢ بِاَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِى الدِّيْنِۗ وَلَوْ اَنَّهُمْ قَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَاَقْوَمَۙ وَلٰكِنْ لَّعَنَهُمُ اللّٰهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا Minal-lażīna hādū yuḥarrifūnal-kalima am mawāḍiihī wa yaqūlūna saminā wa aṣainā wasma gaira musmiiw wa rāinā layyam bi'alsinatihim wa ṭanan fid-dīni, wa lau annahum qālū saminā wa aṭanā wasma wanẓurnā lakāna khairal lahum wa aqwama, wa lākil laanahumullāhu bikufrihim falā yu'minūna illā qalīlān. Di antara orang-orang Yahudi ada yang mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata, “Kami mendengar, tetapi kami membangkang.” Mereka mengatakan pula, “Dengarkanlah,” sedangkan engkau Nabi Muhammad sebenarnya tidak mendengar apa pun. Mereka mengatakan, rāinā dengan memutarbalikkan lidahnya dan mencela agama. Seandainya mereka mengatakan, “Kami mendengar dan patuh. Dengarkanlah dan perhatikanlah kami,” tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat. Akan tetapi, Allah melaknat mereka karena kekufurannya. Mereka tidak beriman, kecuali sedikit sekali. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اٰمِنُوْا بِمَا نَزَّلْنَا مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّطْمِسَ وُجُوْهًا فَنَرُدَّهَا عَلٰٓى اَدْبَارِهَآ اَوْ نَلْعَنَهُمْ كَمَا لَعَنَّآ اَصْحٰبَ السَّبْتِ ۗ وَكَانَ اَمْرُ اللّٰهِ مَفْعُوْلًا Yā ayyuhal-lażīna ūtul-kitāba āminū bimā nazzalnā muṣaddiqal limā maakum min qabli an naṭmisa wujūhan fa naruddahā alā adbārihā au nalanahum kamā laannā aṣḥābas-sabti, wa kāna amrullāhi mafūlān. Wahai orang-orang yang telah diberi Kitab, berimanlah pada apa yang telah Kami turunkan Al-Qur’an yang membenarkan Kitab yang ada padamu sebelum Kami mengubah wajah-wajah-mu, lalu Kami putar ke belakang sebagai penghinaan atau Kami laknat mereka sebagaimana Kami melaknat orang-orang yang berbuat maksiat pada hari Sabat Sabtu. Ketetapan Allah pasti berlaku. اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا Innallāha lā yagfiru ay yusyraka bihī wa yagfiru mā dūna żālika limay yasyā'u, wa may yusyrik billāhi fa qadiftarā iṡman aẓīmān. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa karena mempersekutukan-Nya syirik, tetapi Dia mengampuni apa dosa yang selain syirik itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa pun yang mempersekutukan Allah sungguh telah berbuat dosa yang sangat besar. اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ يُزَكُّوْنَ اَنْفُسَهُمْ ۗ بَلِ اللّٰهُ يُزَكِّيْ مَنْ يَّشَاۤءُ وَلَا يُظْلَمُوْنَ فَتِيْلًا Alam tara ilal-lażīna yuzakkūna anfusahum, balillāhu yuzakkī may yasyā'u wa lā yuẓlamūna fatīlān. Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya suci? Sebenarnya Allah menyucikan siapa yang Dia kehendaki dan mereka tidak dizalimi sedikit pun. اُنْظُرْ كَيْفَ يَفْتَرُوْنَ عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَۗ وَكَفٰى بِهٖٓ اِثْمًا مُّبِيْنًا ࣖ Unẓur kaifa yaftarūna alallāhil-każiba, wa kafā bihī iṡmam mubīnān. Perhatikanlah betapa mereka mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Cukuplah perbuatan itu menjadi dosa yang nyata bagi mereka. اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ اُوْتُوْا نَصِيْبًا مِّنَ الْكِتٰبِ يُؤْمِنُوْنَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوْتِ وَيَقُوْلُوْنَ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوْا هٰٓؤُلَاۤءِ اَهْدٰى مِنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا سَبِيْلًا Alam tara ilal-lażīna ūtū naṣībam minal-kitābi yu'minūna bil-jibti waṭ-ṭāgūti wa yaqūlūna lil-lażīna kafarū hā'ulā'i ahdā minal-lażīna āmanū sabīlān. Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang Yahudi yang telah diberi bagian pengetahuan dari Kitab Taurat, betapa mereka percaya kepada jibt dan tagut serta mengatakan kepada orang-orang kafir musyrik Makkah bahwa mereka itu lebih benar jalannya daripada orang-orang yang beriman. اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ لَعَنَهُمُ اللّٰهُ ۗوَمَنْ يَّلْعَنِ اللّٰهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ نَصِيْرًا Ulā'ikal-lażīna laanahumullāhu, wa may yalanillāhu falan tajida lahū naṣīrān. Mereka itulah yang dilaknat Allah. Siapa pun yang dilaknat Allah niscaya engkau Nabi Muhammad tidak akan mendapat penolong baginya. اَمْ لَهُمْ نَصِيْبٌ مِّنَ الْمُلْكِ فَاِذًا لَّا يُؤْتُوْنَ النَّاسَ نَقِيْرًاۙ Am lahum naṣībum minal-mulki fa iżal lā yu'tūnan-nāsa naqīrān. Ataukah mereka mempunyai bagian dari kerajaan kekuasaan? Meskipun ada, mereka tidak akan memberikan kebajikan sedikit pun kepada manusia. اَمْ يَحْسُدُوْنَ النَّاسَ عَلٰى مَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۚ فَقَدْ اٰتَيْنَآ اٰلَ اِبْرٰهِيْمَ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَاٰتَيْنٰهُمْ مُّلْكًا عَظِيْمًا Am yaḥsudūnan-nāsa alā mā ātāhumullāhu min faḍlihī, faqad ātainā āla ibrāhīmal-kitāba wal-ḥikmata wa ātaināhum mulkan aẓīmān. Ataukah mereka dengki kepada manusia karena karunia yang telah dianugerahkan Allah kepadanya? Sungguh, Kami telah menganugerahkan kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim dan Kami telah menganugerahkan kerajaan kekuasaan yang sangat besar kepada mereka. فَمِنْهُمْ مَّنْ اٰمَنَ بِهٖ وَمِنْهُمْ مَّنْ صَدَّ عَنْهُ ۗ وَكَفٰى بِجَهَنَّمَ سَعِيْرًا Fa minhum man āmana bihī wa minhum man ṣadda anhu, wa kafā bijahannama saīrān. Lalu, di antara mereka ada yang beriman kepadanya dan di antara mereka ada pula yang berpaling darinya. Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang apinya menyala-nyala. اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰيٰتِنَا سَوْفَ نُصْلِيْهِمْ نَارًاۗ كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُوْدُهُمْ بَدَّلْنٰهُمْ جُلُوْدًا غَيْرَهَا لِيَذُوْقُوا الْعَذَابَۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَزِيْزًا حَكِيْمًا Innal-lażīna kafarū bi'āyātinā sanuṣlīhim nārān, kullamā naḍijat julūduhum baddalnāhum julūdan gairahā liyażūqul-ażāba, innallāha kāna azīzan ḥakīmān. Sesungguhnya orang-orang yang kufur pada ayat-ayat Kami kelak akan Kami masukkan ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain agar mereka merasakan kepedihan azab. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًاۗ لَهُمْ فِيْهَآ اَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ ۙ وَّنُدْخِلُهُمْ ظِلًّا ظَلِيْلًا Wal-lażīna āmanū wa amiluṣ-ṣāliḥāti sanudkhiluhum jannātin tajrī min taḥtihal-anhāru khālidīna fīhā abadān, lahum fīhā azwājum muṭahharahtun, wa nudkhiluhum ẓillan ẓalīlān. Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Di sana mereka mempunyai pasangan-pasangan yang disucikan dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman. ۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا Innallāha ya'murukum an tu'addul-amānāti ilā ahlihā, wa iżā ḥakamtum bainan-nāsi an taḥkumū bil-adli, innallāha niimmā yaiẓukum bihī, innallāha kāna samīam baṣīrān. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada pemiliknya. Apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu tetapkan secara adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang paling baik kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا ࣖ Yā ayyuhal-lażīna āmanū aṭīullāha wa aṭīur-rasūla wa ulil-amri minkum, fa in tanāzatum fī syai'in fa ruddhu ilallāhi war-rasūli in kuntum tu'minūna billāhi wal-yaumil-ākhiri, żālika khairuw wa aḥsanu ta'wīlān. Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul Nabi Muhammad serta ululamri pemegang kekuasaan di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah Al-Qur’an dan Rasul sunahnya jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bagus akibatnya di dunia dan di akhirat. اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ يَزْعُمُوْنَ اَنَّهُمْ اٰمَنُوْا بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّتَحَاكَمُوْٓا اِلَى الطَّاغُوْتِ وَقَدْ اُمِرُوْٓا اَنْ يَّكْفُرُوْا بِهٖ ۗوَيُرِيْدُ الشَّيْطٰنُ اَنْ يُّضِلَّهُمْ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا Alam tara ilal-lażīna yazumūna annahum āmanū bimā unzila ilaika wa mā unzila min qablika yurīdūna ay yataḥākamū ilaṭ-ṭāgūti wa qad umirū ay yakfurū bihī, wa yurīdusy-syaiṭānu ay yuḍillahum ḍalālam baīdān. Tidakkah engkau Nabi Muhammad memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman pada apa yang diturunkan kepadamu Al-Qur’an dan pada apa yang diturunkan sebelummu? Mereka hendak bertahkim kepada tagut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkarinya. Setan bermaksud menyesatkan mereka dengan kesesatan yang sangat jauh. وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا اِلٰى مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَاِلَى الرَّسُوْلِ رَاَيْتَ الْمُنٰفِقِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْكَ صُدُوْدًاۚ Wa iżā qīla lahum taālau ilā mā anzalallāhu wa ilar-rasūli ra'aital-munāfiqīna yaṣuddūna anka ṣudūdān. Apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah patuh pada apa yang telah diturunkan Allah dan patuh kepada Rasul,” engkau Nabi Muhammad melihat orang-orang munafik benar-benar berpaling darimu. فَكَيْفَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۢبِمَا قَدَّمَتْ اَيْدِيْهِمْ ثُمَّ جَاۤءُوْكَ يَحْلِفُوْنَ بِاللّٰهِ ۖاِنْ اَرَدْنَآ اِلَّآ اِحْسَانًا وَّتَوْفِيْقًا Fa kaifa iżā aṣābathum muṣībatum bimā qaddamat aidīhim ṡumma jā'ūka yaḥlifūna billāhi, in aradnā illā iḥsānaw wa taufīqān. Bagaimana halnya apabila kelak musibah menimpa mereka orang munafik karena perbuatannya sendiri. Kemudian, mereka datang kepadamu Nabi Muhammad sambil bersumpah, “Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain kebaikan dan perdamaian.” اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ يَعْلَمُ اللّٰهُ مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ فَاَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَّهُمْ فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ قَوْلًا ۢ بَلِيْغًا Ulā'ikal-lażīna yalamullāhu mā fī qulūbihim fa ariḍ anhum wa iẓhum wa qul lahum fī anfusihim qaulam balīgān. Mereka itulah orang-orang yang Allah ketahui apa yang ada di dalam hatinya. Oleh karena itu, berpalinglah dari mereka, nasihatilah mereka, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwanya. وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا لِيُطَاعَ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَلَوْ اَنَّهُمْ اِذْ ظَّلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ جَاۤءُوْكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللّٰهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُوْلُ لَوَجَدُوا اللّٰهَ تَوَّابًا رَّحِيْمًا Wa mā arsalnā mir rasūlin illā liyuṭāa bi'iżnillāhi, wa lau annahum iẓ ẓalamū anfusahum jā'ūka fastagfarullāha wastagfara lahumur-rasūlu lawajadullāha tawwābar raḥīmān. Kami tidak mengutus seorang rasul pun, kecuali untuk ditaati dengan izin Allah. Seandainya mereka orang-orang munafik setelah menzalimi dirinya datang kepadamu Nabi Muhammad, lalu memohon ampunan kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُوْنَ حَتّٰى يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوْا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا Falā wa rabbika lā yu'minūna ḥattā yuḥakkimūka fīmā syajara bainahum ṡumma lā yajidū fī anfusihim ḥarajam mimmā qaḍaita wa yusallimū taslīmān. Demi Tuhanmu, mereka tidak beriman hingga bertahkim kepadamu Nabi Muhammad dalam perkara yang diperselisihkan di antara mereka. Kemudian, tidak ada keberatan dalam diri mereka terhadap putusan yang engkau berikan dan mereka terima dengan sepenuhnya. وَلَوْ اَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ اَنِ اقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ اَوِ اخْرُجُوْا مِنْ دِيَارِكُمْ مَّا فَعَلُوْهُ اِلَّا قَلِيْلٌ مِّنْهُمْ ۗوَلَوْ اَنَّهُمْ فَعَلُوْا مَا يُوْعَظُوْنَ بِهٖ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَاَشَدَّ تَثْبِيْتًاۙ Wa lau annā katabnā alaihim aniqtulū anfusakum awikhrujū min diyārikum mā faalūhu illā qalīlum minhum, wa lau annahum faalū mā yūaẓūna bihī lakāna khairal lahum wa asyadda taṡbītān. Seandainya Kami perintahkan kepada mereka orang-orang munafik, “Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampung halamanmu,” niscaya mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka. Seandainya mereka melaksanakan pengajaran yang diberikan kepada mereka, sungguh itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan iman mereka. وَّاِذًا لَّاٰتَيْنٰهُمْ مِّنْ لَّدُنَّآ اَجْرًا عَظِيْمًاۙ Wa iżal la'ātaināhum mil ladunnā ajran aẓīmān. Jika demikian halnya, pasti Kami anugerahkan kepada mereka dari sisi Kami pahala yang sangat besar وَّلَهَدَيْنٰهُمْ صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًا Wa lahadaināhum ṣirāṭam mustaqīmān. dan pasti Kami tunjukkan kepada mereka jalan yang lurus. وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَ ۚ وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا Wa may yuṭiillāha war-rasūla fa ulā'ika maal-lażīna anamallāhu alaihim minan-nabiyyīna waṣ-ṣiddīqīna wasy-syuhadā'i waṣ-ṣāliḥīna, wa ḥasuna ulā'ika rafīqān. Siapa yang menaati Allah dan Rasul Nabi Muhammad, mereka itulah orang-orang yang akan dikumpulkan bersama orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. ذٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللّٰهِ ۗوَكَفٰى بِاللّٰهِ عَلِيْمًا ࣖ Żālikal-faḍlu minallāhi, wa kafā billāhi alīmān. Itulah karunia dari Allah. Cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا خُذُوْا حِذْرَكُمْ فَانْفِرُوْا ثُبَاتٍ اَوِ انْفِرُوْا جَمِيْعًا Yā ayyuhal-lażīna āmanū khużū ḥiżrakum fanfirū ṡubātin awinfirū jamīān. Wahai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah dan majulah ke medan pertempuran secara berkelompok-kelompok atau majulah bersama-sama serentak. وَاِنَّ مِنْكُمْ لَمَنْ لَّيُبَطِّئَنَّۚ فَاِنْ اَصَابَتْكُمْ مُّصِيْبَةٌ قَالَ قَدْ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيَّ اِذْ لَمْ اَكُنْ مَّعَهُمْ شَهِيْدًا Wa inna minkum lamal layubaṭṭi'anna, fa in aṣābatkum muṣībatun qāla qad anamallāhu alayya iż lam akum maahum syahīdān. Sesungguhnya di antara kamu pasti ada orang yang sangat enggan pergi ke medan pertempuran. Jika kamu ditimpa musibah, dia berkata, “Sungguh, Allah telah menganugerahkan nikmat kepadaku karena aku tidak ikut berperang bersama mereka.” وَلَىِٕنْ اَصَابَكُمْ فَضْلٌ مِّنَ اللّٰهِ لَيَقُوْلَنَّ كَاَنْ لَّمْ تَكُنْۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهٗ مَوَدَّةٌ يّٰلَيْتَنِيْ كُنْتُ مَعَهُمْ فَاَفُوْزَ فَوْزًا عَظِيْمًا Wa la'in aṣābakum faḍlum minallāhi layaqūlanna ka'allam takum bainakum wa bainahū mawaddattuy yā laitanī kuntu maahum fa afūza fauzan aẓīmān. Sungguh, jika kamu mendapat karunia kemenangan dari Allah, tentulah dia mengatakan seakan-akan belum pernah ada hubungan kasih sayang antara kamu dengan dia, “Aduhai, sekiranya aku dahulu bersama mereka, tentu aku akan memperoleh kemenangan yang agung pula.” ۞ فَلْيُقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يَشْرُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا بِالْاٰخِرَةِ ۗ وَمَنْ يُّقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَيُقْتَلْ اَوْ يَغْلِبْ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيْمًا Falyuqātil fī sabīlillāhil-lażīna yasytarūnal-ḥayātad-dun-yā bil-ākhirahti, wa may yuqātil fī sabīlillāhi fa yuqtal au yaglib fa saufa nu'tīhi ajran aẓīmān. Oleh karena itu, hendaklah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah! Siapa yang berperang di jalan Allah dan gugur atau memperoleh kemenangan niscaya kelak Kami anugerahkan kepadanya pahala yang sangat besar. وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَالْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاۤءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اَخْرِجْنَا مِنْ هٰذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ اَهْلُهَاۚ وَاجْعَلْ لَّنَا مِنْ لَّدُنْكَ وَلِيًّاۚ وَاجْعَلْ لَّنَا مِنْ لَّدُنْكَ نَصِيْرًا Wa mā lakum lā tuqātilūna fī sabīlillāhi wal-mustaḍafīna minar-rijāli wan-nisā'i wal-wildānil-lażīna yaqūlūna rabbanā akhrijnā min hāżihil-qaryatiẓ-ẓālimi ahluhā, wajal lanā mil ladunka waliyyān, wajal lanā mil ladunka naṣīrān. Mengapa kamu tidak berperang di jalan Allah dan membela orang-orang yang lemah dari kalangan laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang berdoa, “Wahai Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini Makkah yang penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisi-Mu dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.” اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۚ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ الطَّاغُوْتِ فَقَاتِلُوْٓا اَوْلِيَاۤءَ الشَّيْطٰنِ ۚ اِنَّ كَيْدَ الشَّيْطٰنِ كَانَ ضَعِيْفًا ۚ ࣖ Al-lażīna āmanū yuqātilūna fī sabīlillāhi, wal-lażīna kafarū yuqātilūna fī sabīliṭ-ṭāgūti fa qātilū auliyā'asy-syaiṭāni, inna kaidasy-syaiṭāni kāna ḍaīfān. Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah dan orang-orang yang kufur berperang di jalan tagut. Perangilah kawan-kawan setan itu. Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah. اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ قِيْلَ لَهُمْ كُفُّوْٓا اَيْدِيَكُمْ وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَۚ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ اِذَا فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللّٰهِ اَوْ اَشَدَّ خَشْيَةً ۚ وَقَالُوْا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَۚ لَوْلَآ اَخَّرْتَنَآ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۗ قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيْلٌۚ وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقٰىۗ وَلَا تُظْلَمُوْنَ فَتِيْلًا Alam tara ilal-lażīna qīla lahum kuffū aidiyakum wa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāta, fa lammā kutiba alaihimul-qitālu iżā farīqum minhum yakhsyaunan-nāsa kakhasy-yatillāhi au asyadda khasy-yahtan, wa qālū rabbanā lima katabta alainal-qitāla, lau lā akhkhartanā ilā ajalin qarībin, qul matāud-dun-yā qalīlun, wal-ākhiratu khairul limanittaqā, wa lā tuẓlamūna fatīlān. Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, “Tahanlah tanganmu dari berperang, tegakkanlah salat, dan tunaikanlah zakat!” Ketika mereka diwajibkan berperang, tiba-tiba segolongan mereka munafik takut kepada manusia musuh seperti ketakutan mereka kepada Allah, bahkan lebih takut daripada itu. Mereka berkata, “Wahai Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan kewajiban berperang kepada kami beberapa waktu lagi?” Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanyalah sedikit, sedangkan akhirat itu lebih baik bagi orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dizalimi sedikit pun.” اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ وَاِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۚ وَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِكَ ۗ قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ فَمَالِ هٰٓؤُلَاۤءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُوْنَ يَفْقَهُوْنَ حَدِيْثًا Aina mā takūnū yudrikkumul-mautu wa lau kuntum fī burūjim musyayyadahtin, wa in tuṣibhum ḥasanatuy yaqūlū hāżihī min indillāhi, wa in tuṣibhum sayyi'atuy yaqūlū hāżihī min indika, qul kullum min indillāhi, famā lihā'ulā'il-qaumi lā yakādūna yafqahūna ḥadīṡān. Di mana pun kamu berada, kematian akan mendatangimu, meskipun kamu berada dalam benteng yang kukuh. Jika mereka orang-orang munafik memperoleh suatu kebaikan, mereka berkata, “Ini dari sisi Allah” dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka berkata, “Ini dari engkau Nabi Muhammad.” Katakanlah, “Semuanya datang dari sisi Allah.” Mengapa orang-orang itu hampir tidak memahami pembicaraan? مَآ اَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ۖ وَمَآ اَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَّفْسِكَ ۗ وَاَرْسَلْنٰكَ لِلنَّاسِ رَسُوْلًا ۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيْدًا Mā aṣābaka min ḥasanatin fa minallāhi, wa mā aṣābaka min sayyi'atin fa min nafsika, wa arsalnāka lin-nāsi rasūlān, wa kafā billāhi syahīdān. Kebaikan nikmat apa pun yang kamu peroleh berasal dari Allah, sedangkan keburukan bencana apa pun yang menimpamu itu disebabkan oleh kesalahan dirimu sendiri. Kami mengutus engkau Nabi Muhammad menjadi Rasul kepada seluruh manusia. Cukuplah Allah sebagai saksi. مَنْ يُّطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ اَطَاعَ اللّٰهَ ۚ وَمَنْ تَوَلّٰى فَمَآ اَرْسَلْنٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيْظًا ۗ May yuṭiir-rasūla faqad aṭāallāha, wa man tawallā famā arsalnāka alaihim ḥafīẓān. Siapa yang menaati Rasul Muhammad, maka sungguh telah menaati Allah. Siapa yang berpaling, maka Kami tidak mengutus engkau Nabi Muhammad sebagai pemelihara mereka. وَيَقُوْلُوْنَ طَاعَةٌ ۖ فَاِذَا بَرَزُوْا مِنْ عِنْدِكَ بَيَّتَ طَاۤىِٕفَةٌ مِّنْهُمْ غَيْرَ الَّذِيْ تَقُوْلُ ۗ وَاللّٰهُ يَكْتُبُ مَا يُبَيِّتُوْنَ ۚ فَاَعْرِضْ عَنْهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ وَكِيْلًا Wa yaqūlūna ṭāahtun, fa iżā barazū min indika bayyata ṭā'ifatum minhum gairal-lażī taqūlu, wallāhu yaktubu mā yubayyitūna, fa ariḍ anhum wa tawakkal alallāhi, wa kafā billāhi wakīlān. Mereka orang-orang munafik berkata, “Kewajiban kami hanyalah taat.” Akan tetapi, apabila mereka telah pergi darimu Nabi Muhammad, sebagian mereka mengatur siasat pada malam hari mengambil keputusan berbeda dari yang telah mereka katakan. Allah mencatat siasat yang mereka atur pada malam hari itu. Berpalinglah dari mereka dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah sebagai pelindung. اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ ۗ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللّٰهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا Afalā yatadabbarūnal-qur'āna, wa lau kāna min indi gairillāhi lawajadū fīhikhtilāfan kaṡīrān. Tidakkah mereka menadaburi Al-Qur’an? Seandainya Al-Qur’an itu tidak datang dari sisi Allah, tentulah mereka menemukan banyak pertentangan di dalamnya. وَاِذَا جَاۤءَهُمْ اَمْرٌ مِّنَ الْاَمْنِ اَوِ الْخَوْفِ اَذَاعُوْا بِهٖ ۗ وَلَوْ رَدُّوْهُ اِلَى الرَّسُوْلِ وَاِلٰٓى اُولِى الْاَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِيْنَ يَسْتَنْۢبِطُوْنَهٗ مِنْهُمْ ۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطٰنَ اِلَّا قَلِيْلًا Wa iżā jā'ahum amrum minal-amni awil-khaufi ażāū bihī, wa lau ruddūhu ilar-rasūli wa ilā ulil-amri minhum laalimahul-lażīna yastambiṭūnahū minhum, wa lau lā faḍlullāhi alaikum wa raḥmatuhū lattabatumusy-syaiṭāna illā qalīlān. Apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan kemenangan atau ketakutan kekalahan, mereka menyebarluaskannya. Padahal, seandainya mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ululamri pemegang kekuasaan di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya akan dapat mengetahuinya secara resmi dari mereka Rasul dan ululamri. Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah engkau mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja di antara kamu. فَقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۚ لَا تُكَلَّفُ اِلَّا نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِيْنَ ۚ عَسَى اللّٰهُ اَنْ يَّكُفَّ بَأْسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ۗوَاللّٰهُ اَشَدُّ بَأْسًا وَّاَشَدُّ تَنْكِيْلًا Faqātil fī sabīlillāhi, lā tukallafu illā nafsaka wa ḥarriḍil-mu'minīna, asallāhu ay yakuffa ba'sal lażīna kafarū, wallāhu asyaddu ba'saw wa asyaddu tankīlān. Maka, berperanglah engkau Nabi Muhammad di jalan Allah. Tidaklah engkau dibebani tanggung jawab, kecuali yang terkait dengan dirimu sendiri. Kobarkanlah semangat orang-orang mukmin untuk berperang. Semoga Allah menolak serangan orang-orang yang kufur itu. Allah sangat dahsyat kekuatan-Nya dan sangat keras siksaan-Nya. مَنْ يَّشْفَعْ شَفَاعَةً حَسَنَةً يَّكُنْ لَّهٗ نَصِيْبٌ مِّنْهَا ۚ وَمَنْ يَّشْفَعْ شَفَاعَةً سَيِّئَةً يَّكُنْ لَّهٗ كِفْلٌ مِّنْهَا ۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ مُّقِيْتًا May yasyfa syafāatan ḥasanatay yakul lahū naṣībum minhā, wa may yasyfa syafāatan sayyi'atay yakul lahū kiflum minhā, wa kānallāhu alā kulli syai'im muqītān. Siapa yang memberi pertolongan yang baik niscaya akan memperoleh bagian pahala darinya. Siapa yang memberi pertolongan yang buruk niscaya akan menanggung bagian dosa darinya. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. وَاِذَا حُيِّيْتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوْا بِاَحْسَنَ مِنْهَآ اَوْ رُدُّوْهَا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيْبًا Wa iżā ḥuyyītum bitaḥiyyatin fa ḥayyū bi'aḥsana minhā au ruddūhā, innallāha kāna alā kulli syai'in ḥasībān. Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan salam, balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya atau balaslah dengan yang sepadan. Sesungguhnya Allah Maha Memperhitungkan segala sesuatu. اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ لَيَجْمَعَنَّكُمْ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ لَا رَيْبَ فِيْهِ ۗ وَمَنْ اَصْدَقُ مِنَ اللّٰهِ حَدِيْثًا ࣖ Allāhu lā ilāha illā huwa, layajmaannakum ilā yaumil-qiyāmati lā raiba fīhi, wa man aṣdaqu minallāhi ḥadīṡān. Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Sungguh, Dia pasti mengumpulkan kamu pada hari Kiamat yang tidak ada keraguan di dalamnya. Siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah? ۞ فَمَا لَكُمْ فِى الْمُنٰفِقِيْنَ فِئَتَيْنِ وَاللّٰهُ اَرْكَسَهُمْ بِمَا كَسَبُوْا ۗ اَتُرِيْدُوْنَ اَنْ تَهْدُوْا مَنْ اَضَلَّ اللّٰهُ ۗوَمَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ سَبِيْلًا Famā lakum fil-munāfiqīna fi'ataini wallāhu arkasahum bimā kasabū, aturīdūna an tahdū man aḍallallāhu, wa may yuḍlilillāhu falan tajida lahū sabīlān. Mengapa kamu wahai orang mukmin terpecah menjadi dua golongan dalam menghadapi orang-orang munafik, padahal Allah telah mengembalikan mereka pada kekufuran karena usaha mereka sendiri? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang yang telah dibiarkan sesat oleh Allah? Siapa yang dibiarkan sesat oleh Allah niscaya engkau Nabi Muhammad tidak akan menemukan jalan baginya untuk diberi petunjuk. وَدُّوْا لَوْ تَكْفُرُوْنَ كَمَا كَفَرُوْا فَتَكُوْنُوْنَ سَوَاۤءً فَلَا تَتَّخِذُوْا مِنْهُمْ اَوْلِيَاۤءَ حَتّٰى يُهَاجِرُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَخُذُوْهُمْ وَاقْتُلُوْهُمْ حَيْثُ وَجَدْتُّمُوْهُمْ ۖ وَلَا تَتَّخِذُوْا مِنْهُمْ وَلِيًّا وَّلَا نَصِيْرًاۙ Waddū lau takfurūna kamā kafarū fa takūnūna sawā'an falā tattakhiżū minhum auliyā'a ḥattā yuhājirū fī sabīlillāhi, fa in tawallau fa khużūhum waqtulūhum ḥaiṡu wajattumūhum, wa lā tattakhiżū minhum waliyyaw wa lā naṣīrān. Mereka sangat menginginkan agar kamu mau menjadi kufur sebagaimana mereka telah kufur sehingga kamu sama dengan mereka. Janganlah kamu jadikan siapa pun di antara mereka sebagai teman setia sebelum mereka berpindah pada jalan Allah. Jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana pun kamu temukan mereka. Janganlah kamu jadikan seorang pun di antara mereka sebagai teman setia dan jangan pula sebagai penolong. اِلَّا الَّذِيْنَ يَصِلُوْنَ اِلٰى قَوْمٍۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِّيْثَاقٌ اَوْ جَاۤءُوْكُمْ حَصِرَتْ صُدُوْرُهُمْ اَنْ يُّقَاتِلُوْكُمْ اَوْ يُقَاتِلُوْا قَوْمَهُمْ ۗ وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَسَلَّطَهُمْ عَلَيْكُمْ فَلَقَاتَلُوْكُمْ ۚ فَاِنِ اعْتَزَلُوْكُمْ فَلَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ وَاَلْقَوْا اِلَيْكُمُ السَّلَمَ ۙ فَمَا جَعَلَ اللّٰهُ لَكُمْ عَلَيْهِمْ سَبِيْلًا Illal lażīna yaṣilūna ilā qaumim bainakum wa bainahum mīṡāqun au jā'ūkum ḥaṣirat ṣudūruhum ay yuqātilūkum au yuqātilū qaumahum, wa lau syā'allāhu lasallaṭahum alaikum fa laqātalūkum, fa initazalūkum falam yuqātilūkum wa alqau ilaikumus-salama, famā jaalallāhu lakum alaihim sabīlān. Kecuali, orang-orang yang menjalin hubungan dengan suatu kaum yang antara kamu dan kaum itu ada perjanjian damai, mereka jangan dibunuh atau jangan ditawan. Demikian juga orang-orang yang datang kepadamu, sedangkan hati mereka berat untuk memerangi kamu atau memerangi kaumnya. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia berikan kekuasaan kepada mereka untuk menghadapi kamu sehingga mereka memerangimu. Akan tetapi, jika mereka membiarkanmu tidak mengganggumu, tidak memerangimu, dan menawarkan perdamaian kepadamu menyerah, Allah tidak memberi jalan bagimu untuk menawan dan membunuh mereka. سَتَجِدُوْنَ اٰخَرِيْنَ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّأْمَنُوْكُمْ وَيَأْمَنُوْا قَوْمَهُمْ ۗ كُلَّ مَا رُدُّوْٓا اِلَى الْفِتْنَةِ اُرْكِسُوْا فِيْهَا ۚ فَاِنْ لَّمْ يَعْتَزِلُوْكُمْ وَيُلْقُوْٓا اِلَيْكُمُ السَّلَمَ وَيَكُفُّوْٓا اَيْدِيَهُمْ فَخُذُوْهُمْ وَاقْتُلُوْهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوْهُمْ ۗ وَاُولٰۤىِٕكُمْ جَعَلْنَا لَكُمْ عَلَيْهِمْ سُلْطٰنًا مُّبِيْنًا ࣖ Satajidūna akharīna yurīdūna ay ya'manūkum wa ya'manū qaumahum, kullamā ruddū ilal-fitnati urkisū fīhā, fa illam yatazilūkum wa yulqū ilaikumus-salama wa yakuffū aidiyahum fa khużūhum waqtulūhum ḥaiṡu ṡaqiftumūhum, wa ulā'ikum jaalnā lakum alaihim sulṭānam mubīnān. Akan kamu dapati golongan lain yang menginginkan agar mereka hidup aman bersamamu dan aman pula bersama kaumnya. Setiap kali mereka diajak kembali kepada fitnah syirik, mereka pun terjerumus ke dalamnya. Oleh karena itu, jika mereka tidak membiarkanmu tetap mengganggumu, tidak pula mau menawarkan perdamaian kepadamu, dan tidak menahan tangan mereka dari memerangimu, tawanlah dan bunuhlah mereka di mana saja kamu temukan. Merekalah orang-orang yang Kami berikan kepadamu alasan yang nyata terhadap untuk menawan dan membunuh mereka. وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ اَنْ يَّقْتُلَ مُؤْمِنًا اِلَّا خَطَـًٔا ۚ وَمَنْ قَتَلَ مُؤْمِنًا خَطَـًٔا فَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ وَّدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ اِلٰٓى اَهْلِهٖٓ اِلَّآ اَنْ يَّصَّدَّقُوْا ۗ فَاِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ عَدُوٍّ لَّكُمْ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ ۗوَاِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِّيْثَاقٌ فَدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ اِلٰٓى اَهْلِهٖ وَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ ۚ فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِۖ تَوْبَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا Wa mā kāna limu'minin ay yaqtula mu'minan illā khaṭa'ān, wa man qatala mu'minan khaṭa'an fa taḥrīru raqabatim mu'minatiw wa diyatum musallamatun ilā ahlihī illā ay yaṣṣaddaqū, fa in kāna min qaumim bainakum wa bainahum mīṡāqun fa diyatum musallamatun ilā ahlihī wa taḥrīru raqabatim mu'minahtin, famal lam yajid fa ṣiyāmu syahraini mutatābiaini taubatam minallāhi, wa kānallāhu alīman ḥakīmān. Tidak patut bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin, kecuali karena tersalah tidak sengaja. Siapa yang membunuh seorang mukmin karena tersalah hendaklah memerdekakan seorang hamba sahaya mukmin dan membayar tebusan yang diserahkan kepada keluarganya terbunuh, kecuali jika mereka keluarga terbunuh membebaskan pembayaran. Jika dia terbunuh dari kaum yang memusuhimu, padahal dia orang beriman, hendaklah pembunuh memerdekakan hamba sahaya mukminat. Jika dia terbunuh dari kaum kafir yang ada perjanjian damai antara mereka dengan kamu, hendaklah pembunuh membayar tebusan yang diserahkan kepada keluarganya serta memerdekakan hamba sahaya mukminah. Siapa yang tidak mendapatkan hamba sahaya hendaklah berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai ketetapan cara bertobat dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. وَمَنْ يَّقْتُلْ مُؤْمِنًا مُّتَعَمِّدًا فَجَزَاۤؤُهٗ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيْهَا وَغَضِبَ اللّٰهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهٗ وَاَعَدَّ لَهٗ عَذَابًا عَظِيْمًا Wa may yaqtul mu'minam mutaammidan fa jazā'uhū jahannamu khālidan fīhā wa gaḍiballāhu alaihi wa laanahū wa aadda lahū ażāban aẓīmān. Siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, balasannya adalah neraka Jahanam. Dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, melaknatnya, dan menyediakan baginya azab yang sangat besar. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا ضَرَبْتُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَتَبَيَّنُوْا وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ اَلْقٰىٓ اِلَيْكُمُ السَّلٰمَ لَسْتَ مُؤْمِنًاۚ تَبْتَغُوْنَ عَرَضَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۖفَعِنْدَ اللّٰهِ مَغَانِمُ كَثِيْرَةٌ ۗ كَذٰلِكَ كُنْتُمْ مِّنْ قَبْلُ فَمَنَّ اللّٰهُ عَلَيْكُمْ فَتَبَيَّنُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا Yā ayyuhal-lażīna āmanū iżā ḍarabtum fī sabīlillāhi fa tabayyanū wa lā taqūlū liman alqā ilaikumus-salāma lasta mu'minān, tabtagūna araḍal-ḥayātid-dun-yā, fa indallāhi magānimu kaṡīrahtun, każālika kuntum min qablu fa mannallāhu alaikum fa tabayyanū, innallāha kāna bimā tamalūna khabīrān. Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi berperang di jalan Allah, bertabayunlah carilah kejelasan dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan salam kepadamu, “Kamu bukan seorang mukmin,” lalu kamu membunuhnya dengan maksud mencari harta benda kehidupan dunia karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Demikianlah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya kepadamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. لَا يَسْتَوِى الْقٰعِدُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ غَيْرُ اُولِى الضَّرَرِ وَالْمُجٰهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْۗ فَضَّلَ اللّٰهُ الْمُجٰهِدِيْنَ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ عَلَى الْقٰعِدِيْنَ دَرَجَةً ۗ وَكُلًّا وَّعَدَ اللّٰهُ الْحُسْنٰىۗ وَفَضَّلَ اللّٰهُ الْمُجٰهِدِيْنَ عَلَى الْقٰعِدِيْنَ اَجْرًا عَظِيْمًاۙ Lā yastawil-qāidūna minal-mu'minīna gairu uliḍ-ḍarari wal-mujāhidūna fī sabīlillāhi bi'amwālihim wa anfusihim, faḍḍalallāhul-mujāhidīna bi amwālihim wa anfusihim alal-qāidīna darajahtan, wa kullaw waadallāhul-ḥusnā, wa faḍḍalallāhul-mujāhidīna alal-qāidīna ajran aẓīmān. Tidak sama orang-orang mukmin yang duduk tidak turut berperang tanpa mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk tidak ikut berperang tanpa uzur. Kepada masing-masing, Allah menjanjikan pahala yang terbaik surga, tetapi Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang duduk dengan pahala yang besar. دَرَجٰتٍ مِّنْهُ وَمَغْفِرَةً وَّرَحْمَةً ۗوَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ࣖ Darajātim minhu wa magfirataw wa raḥmahtan, wa kānallāhu gafūrar raḥīmān. Yaitu, beberapa derajat dari-Nya, serta ampunan dan rahmat. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. اِنَّ الَّذِيْنَ تَوَفّٰىهُمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ ظَالِمِيْٓ اَنْفُسِهِمْ قَالُوْا فِيْمَ كُنْتُمْ ۗ قَالُوْا كُنَّا مُسْتَضْعَفِيْنَ فِى الْاَرْضِۗ قَالُوْٓا اَلَمْ تَكُنْ اَرْضُ اللّٰهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوْا فِيْهَا ۗ فَاُولٰۤىِٕكَ مَأْوٰىهُمْ جَهَنَّمُ ۗ وَسَاۤءَتْ مَصِيْرًاۙ Innal-lażīna tawaffāhumul-malā'ikatu ẓālimī anfusihim qālū fīma kuntum, qālū kunnā mustaḍafīna fil-arḍi, qālū alam takun arḍullāhi wāsiatan fa tuhājirū fīhā, fa ulā'ika ma'wāhum jahannamu, wa sā'at maṣīrān. Sesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat dalam keadaan menzalimi dirinya, mereka malaikat bertanya, “Bagaimana kamu ini?” Mereka menjawab, “Kami adalah orang-orang yang tertindas di bumi Makkah.” Mereka malaikat bertanya, “Bukankah bumi Allah itu luas sehingga kamu dapat berhijrah di sana?” Maka, tempat mereka itu neraka Jahanam dan itu seburuk-buruk tempat kembali. اِلَّا الْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاۤءِ وَالْوِلْدَانِ لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ حِيْلَةً وَّلَا يَهْتَدُوْنَ سَبِيْلًاۙ Illal-mustaḍafīna minar-rijāli wan-nisā'i wal-wildāni lā yastaṭīūna ḥīlataw wa lā yahtadūna sabīlān. Kecuali, mereka yang tertindas dari kalangan laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang tidak berdaya dan tidak mengetahui jalan untuk berhijrah. فَاُولٰۤىِٕكَ عَسَى اللّٰهُ اَنْ يَّعْفُوَ عَنْهُمْ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَفُوًّا غَفُوْرًا Fa ulā'ika asallāhu ay yafuwa anhum, wa kānallāhu afuwwan gafūrān. Mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. ۞ وَمَنْ يُّهَاجِرْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يَجِدْ فِى الْاَرْضِ مُرٰغَمًا كَثِيْرًا وَّسَعَةً ۗوَمَنْ يَّخْرُجْ مِنْۢ بَيْتِهٖ مُهَاجِرًا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ اَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ࣖ Wa may yuhājir fī sabīlillāhi yajid fil-arḍi murāgaman kaṡīraw wa saahtan, wa may yakhruj mim baitihī muhājiran ilallāhi wa rasūlihī ṡumma yudrik-hul-mautu faqad waqaa ajruhū alallāhi, wa kānallāhu gafūrar raḥīmān. Siapa yang berhijrah di jalan Allah niscaya akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang banyak dan kelapangan rezeki dan hidup. Siapa yang keluar dari rumahnya untuk berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian meninggal sebelum sampai ke tempat tujuan, sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. وَاِذَا ضَرَبْتُمْ فِى الْاَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَنْ تَقْصُرُوْا مِنَ الصَّلٰوةِ ۖ اِنْ خِفْتُمْ اَنْ يَّفْتِنَكُمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۗ اِنَّ الْكٰفِرِيْنَ كَانُوْا لَكُمْ عَدُوًّا مُّبِيْنًا Wa iżā ḍarabtum fil-arḍi fa laisa alaikum junāḥun an taqṣurū minaṣ-ṣalāhti, in khiftum ay yaftinakumul-lażīna kafarū, innal-kāfirīna kānū lakum aduwwam mubīnān. Apabila kamu bepergian di bumi, maka tidak dosa bagimu untuk mengqasar salat jika kamu takut diserang orang-orang yang kufur. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu. وَاِذَا كُنْتَ فِيْهِمْ فَاَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلٰوةَ فَلْتَقُمْ طَاۤىِٕفَةٌ مِّنْهُمْ مَّعَكَ وَلْيَأْخُذُوْٓا اَسْلِحَتَهُمْ ۗ فَاِذَا سَجَدُوْا فَلْيَكُوْنُوْا مِنْ وَّرَاۤىِٕكُمْۖ وَلْتَأْتِ طَاۤىِٕفَةٌ اُخْرٰى لَمْ يُصَلُّوْا فَلْيُصَلُّوْا مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوْا حِذْرَهُمْ وَاَسْلِحَتَهُمْ ۚ وَدَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْ تَغْفُلُوْنَ عَنْ اَسْلِحَتِكُمْ وَاَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيْلُوْنَ عَلَيْكُمْ مَّيْلَةً وَّاحِدَةً ۗوَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِنْ كَانَ بِكُمْ اَذًى مِّنْ مَّطَرٍ اَوْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَنْ تَضَعُوْٓا اَسْلِحَتَكُمْ وَخُذُوْا حِذْرَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ اَعَدَّ لِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابًا مُّهِيْنًا Wa iżā kunta fīhim fa aqamta lahumuṣ-ṣalāta faltaqum ṭā'ifatum minhum maaka walya'khużū asliḥatahum, fa iżā sajadū falyakūnū miw warā'ikum, walta'ti ṭā'ifatun ukhrā lam yuṣallū falyuṣallū maaka walya'khużū ḥiżrahum wa asliḥatahum, waddal-lażīna kafarū lau tagfulūna an asliḥatakum wa amtiatikum, fa yamīlūna alaikum mailataw wāḥidahtan, wa lā junāḥa alaikum in kāna bikum ażam mim maṭarin au kuntum marḍā an taḍaū asliḥatakum wa khużū ḥiżrakum, innallāha aadda lil-kāfirīna ażābam muhīnān. Apabila engkau Nabi Muhammad berada di tengah-tengah mereka sahabatmu dan dalam keadaan takut diserang, lalu engkau hendak melaksanakan salat bersama mereka, hendaklah segolongan dari mereka berdiri salat bersamamu dengan menyandang senjatanya. Apabila mereka yang salat bersamamu telah sujud menyempurnakan satu rakaat, hendaklah mereka pindah dari belakangmu untuk menghadapi musuh. Lalu, hendaklah datang golongan lain yang belum salat agar mereka salat bersamamu dan hendaklah mereka bersiap siaga dengan menyandang senjatanya. Orang-orang yang kufur ingin agar kamu lengah terhadap senjata dan harta bendamu, lalu mereka menyerbumu secara tiba-tiba. Tidak ada dosa bagimu meletakkan senjata jika kamu mendapat suatu kesusahan, baik karena hujan maupun karena sakit dan bersiap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir. فَاِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلٰوةَ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِكُمْ ۚ فَاِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ ۚ اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا Fa iżā qaḍaitumuṣ-ṣalāta fażkurullāha qiyāmaw wa quūdaw wa alā junūbikum, fa iżaṭma'nantum fa aqīmuṣ-ṣalāhta, innaṣ-ṣalāta kānat alal-mu'minīna kitābam mauqūtān. Apabila kamu telah menyelesaikan salat, berzikirlah kepada Allah mengingat dan menyebut-Nya, baik ketika kamu berdiri, duduk, maupun berbaring. Apabila kamu telah merasa aman, laksanakanlah salat itu dengan sempurna. Sesungguhnya salat itu merupakan kewajiban yang waktunya telah ditentukan atas orang-orang mukmin. وَلَا تَهِنُوْا فِى ابْتِغَاۤءِ الْقَوْمِ ۗ اِنْ تَكُوْنُوْا تَأْلَمُوْنَ فَاِنَّهُمْ يَأْلَمُوْنَ كَمَا تَأْلَمُوْنَ ۚوَتَرْجُوْنَ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا يَرْجُوْنَ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا ࣖ Wa lā tahinū fibtigā'il-qaumi, in takūnū ta'lamūna fa innahum ya'lamūna kamā ta'lamūna, wa tarjūna minallāhi mā lā yarjūna, wa kānallāhu alīman ḥakīmān. Janganlah kamu merasa lemah dalam mengejar kaum itu musuhmu. Jika kamu menderita kesakitan, sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan sebagaimana yang kamu rasakan. Bahkan kamu dapat mengharapkan dari Allah apa yang tidak dapat mereka harapkan. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. اِنَّآ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَآ اَرٰىكَ اللّٰهُ ۗوَلَا تَكُنْ لِّلْخَاۤىِٕنِيْنَ خَصِيْمًا ۙ Innā anzalnā ilaikal-kitāba bil-ḥaqqi litaḥkuma bainan-nāsi bimā arākallāhu, wa lā takun lil-khā'inīna khaṣīmān. Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Al-Qur’an kepadamu Nabi Muhammad dengan hak agar kamu memutuskan perkara di antara manusia dengan apa yang telah Allah ajarkan kepadamu. Janganlah engkau menjadi penentang orang yang tidak bersalah karena membela para pengkhianat. وَّاسْتَغْفِرِ اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًاۚ Wastagfirillāha, innallāha kāna gafūrar raḥīmān. Mohonlah ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. وَلَا تُجَادِلْ عَنِ الَّذِيْنَ يَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ خَوَّانًا اَثِيْمًاۙ Wa lā tujādil anil-lażīna yakhtānūna anfusahum, innallāha lā yuḥibbu man kāna khawwānan aṡīmān. Janganlah engkau Nabi Muhammad berdebat untuk membela orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat dan bergelimang dosa. يَّسْتَخْفُوْنَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُوْنَ مِنَ اللّٰهِ وَهُوَ مَعَهُمْ اِذْ يُبَيِّتُوْنَ مَا لَا يَرْضٰى مِنَ الْقَوْلِ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ بِمَا يَعْمَلُوْنَ مُحِيْطًا Yastakhfūna minan-nāsi wa lā yastakhfūna minallāhi wa huwa maahum iż yubayyitūna mā lā yarḍā minal-qauli, wa kānallāhu bimā yamalūna muḥīṭān. Mereka dapat bersembunyi dari manusia, tetapi tidak dapat bersembunyi dari Allah. Dia bersama mengawasi mereka ketika pada malam hari mereka menetapkan keputusan rahasia yang tidak diridai-Nya. Allah Maha Meliputi apa yang mereka kerjakan. هٰٓاَنْتُمْ هٰٓؤُلَاۤءِ جَادَلْتُمْ عَنْهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۗ فَمَنْ يُّجَادِلُ اللّٰهَ عَنْهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَمْ مَّنْ يَّكُوْنُ عَلَيْهِمْ وَكِيْلًا Hā'antum hā'ulā'i jādaltum anhum fil-ḥayātid-dun-yā, famay yujādilullāha anhum yaumal-qiyāmati am may yakūnu alaihim wakīlān. Begitulah kamu. Kamu berdebat untuk membela mereka dalam kehidupan dunia ini. Akan tetapi, siapa yang akan menentang Allah untuk membela mereka pada hari Kiamat? Atau, siapakah yang menjadi pelindung mereka dari azab Allah? وَمَنْ يَّعْمَلْ سُوْۤءًا اَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهٗ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللّٰهَ يَجِدِ اللّٰهَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا Wa may yamal sū'an au yaẓlim nafsahū ṡumma yastagfirillāha yajidillāha gafūrar raḥīmān. Siapa yang berbuat kejahatan atau menganiaya dirinya, kemudian memohon ampunan kepada Allah, niscaya akan mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. وَمَنْ يَّكْسِبْ اِثْمًا فَاِنَّمَا يَكْسِبُهٗ عَلٰى نَفْسِهٖ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا Wa may yaksib iṡman fa innamā yaksibuhū alā nafsihī,wa kānallāhu alīman ḥakīmān. Siapa yang berbuat dosa sesungguhnya dia mengerjakannya untuk merugikan dirinya sendiri. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. وَمَنْ يَّكْسِبْ خَطِيْۤـَٔةً اَوْ اِثْمًا ثُمَّ يَرْمِ بِهٖ بَرِيْۤـًٔا فَقَدِ احْتَمَلَ بُهْتَانًا وَّاِثْمًا مُّبِيْنًا ࣖ Wa may yaksib khaṭī'atan au iṡman ṡumma yarmi bihī barī'an fa qadiḥtamala buhtānaw wa iṡmam mubīnān. Siapa yang berbuat kesalahan atau dosa, kemudian menuduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, sungguh telah memikul suatu kebohongan dan dosa yang nyata. وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكَ وَرَحْمَتُهٗ لَهَمَّتْ طَّاۤىِٕفَةٌ مِّنْهُمْ اَنْ يُّضِلُّوْكَۗ وَمَا يُضِلُّوْنَ اِلَّآ اَنْفُسَهُمْ وَمَا يَضُرُّوْنَكَ مِنْ شَيْءٍ ۗ وَاَنْزَلَ اللّٰهُ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمُۗ وَكَانَ فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكَ عَظِيْمًا Wa lau lā faḍlullāhi alaika wa raḥmatuhū lahammaṭ-ṭā'ifatum minhum ay yuḍillūka, wa mā yuḍillūna illā anfusahum wa mā yaḍurrūnaka min syai'in, wa anzalallāhu alaikal-kitāba wal-ḥikmata wa allamaka mā lam takun talamu, wa kāna faḍlullāhi alaika aẓīmān. Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu Nabi Muhammad, tentu segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Akan tetapi, mereka tidak menyesatkan, kecuali dirinya sendiri dan tidak membahayakanmu sedikit pun. Allah telah menurunkan Kitab Al-Qur’an dan hikmah sunah kepadamu serta telah mengajarkan kepadamu apa yang tadinya belum kamu ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu sangat besar. ۞ لَا خَيْرَ فِيْ كَثِيْرٍ مِّنْ نَّجْوٰىهُمْ اِلَّا مَنْ اَمَرَ بِصَدَقَةٍ اَوْ مَعْرُوْفٍ اَوْ اِصْلَاحٍۢ بَيْنَ النَّاسِۗ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيْمًا Lā khaira fī kaṡīrim min najwāhum illā man amara biṣadaqatin au marūfin au iṣlāḥim bainan-nāsi, wa may yafal żālikabtigā'a marḍātillāhi fa saufa nu'tīhi ajran aẓīmān. Tidak ada kebaikan pada banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pada pembicaraan rahasia orang yang menyuruh bersedekah, berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Siapa yang berbuat demikian karena mencari rida Allah kelak Kami anugerahkan kepadanya pahala yang sangat besar. وَمَنْ يُّشَاقِقِ الرَّسُوْلَ مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدٰى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّهٖ مَا تَوَلّٰى وَنُصْلِهٖ جَهَنَّمَۗ وَسَاۤءَتْ مَصِيْرًا ࣖ Wa may yusyāqiqir-rasūla mim badi mā tabayyana lahul-hudā wa yattabi gaira sabīlil-mu'minīna nuwallihī mā tawallā wa nuṣlihī jahannama, wa sā'at maṣīrān. Siapa yang menentang Rasul Nabi Muhammad setelah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dalam kesesatannya dan akan Kami masukkan ke dalam neraka Jahanam. Itu seburuk-buruk tempat kembali. اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا Innallāha lā yagfiru ay yusyraka bihī wa yagfiru mā dūna żālika limay yasyā'u, wa may yusyrik billāhi faqad ḍalla ḍalālam baīdān. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa karena mempersekutukan-Nya syirik, tetapi Dia mengampuni apa dosa yang selain syirik itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa pun yang mempersekutukan Allah sungguh telah tersesat jauh. اِنْ يَّدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلَّآ اِنٰثًاۚ وَاِنْ يَّدْعُوْنَ اِلَّا شَيْطٰنًا مَّرِيْدًاۙ Iy yadūna min dūnihī illā ināṡān, wa iy yadūna illā syaiṭānam marīdān. Mereka tidak menyembah selain Dia, kecuali berhala dan mereka juga tidak menyembah, kecuali setan yang durhaka. لَّعَنَهُ اللّٰهُ ۘ وَقَالَ لَاَتَّخِذَنَّ مِنْ عِبَادِكَ نَصِيْبًا مَّفْرُوْضًاۙ Laanahullāhu, wa qāla la'attakhiżanna min ibādika naṣībam mafrūḍān. Allah melaknatnya. Dia setan berkata, “Aku benar-benar akan mengambil bagian tertentu dari hamba-hamba-Mu. وَّلَاُضِلَّنَّهُمْ وَلَاُمَنِّيَنَّهُمْ وَلَاٰمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ اٰذَانَ الْاَنْعَامِ وَلَاٰمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللّٰهِ ۗوَمَنْ يَّتَّخِذِ الشَّيْطٰنَ وَلِيًّا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُّبِيْنًا Wa la'uḍillannahum wa la'umanniyannahum wa la'āmurannahum fa layubattikunna āżānal-anāmi wa la'āmurannahum fa layugayyirunna khalqallāhi, wa may yattakhiżisy-syaiṭāna waliyyam min dūnillāhi faqad khasira khusrānam mubīnān. Aku benar-benar akan menyesatkan mereka, membangkitkan angan-angan kosong mereka, menyuruh mereka untuk memotong telinga-telinga binatang ternaknya hingga mereka benar-benar memotongnya, dan menyuruh mereka mengubah ciptaan Allah hingga benar-benar mengubahnya.” Siapa yang menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah sungguh telah menderita kerugian yang nyata. يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيْهِمْۗ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطٰنُ اِلَّا غُرُوْرًا Yaiduhum wa yumannīhim, wa mā yaiduhumusy-syaiṭānu illā gurūrān. Setan memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong mereka. Padahal, setan tidak menjanjikan kepada mereka, kecuali tipuan belaka. اُولٰۤىِٕكَ مَأْوٰىهُمْ جَهَنَّمُۖ وَلَا يَجِدُوْنَ عَنْهَا مَحِيْصًا Ulā'ika ma'wāhum jahannamu, wa lā yajidūna anhā maḥīṣān. Mereka yang tertipu itu tempatnya di neraka Jahanam dan tidak akan menemukan tempat lain untuk lari darinya. وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًاۗ وَعْدَ اللّٰهِ حَقًّا ۗوَمَنْ اَصْدَقُ مِنَ اللّٰهِ قِيْلًا Wal-lażīna āmanū wa amiluṣ-ṣāliḥāti sanudkhiluhum jannātin tajrī min taḥtihal-anhāru khālidīna fīhā abadān, wadallāhi ḥaqqān, wa man aṣdaqu minallāhi qīlān. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Janji Allah itu benar. Siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah? لَيْسَ بِاَمَانِيِّكُمْ وَلَآ اَمَانِيِّ اَهْلِ الْكِتٰبِ ۗ مَنْ يَّعْمَلْ سُوْۤءًا يُّجْزَ بِهٖۙ وَلَا يَجِدْ لَهٗ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلِيًّا وَّلَا نَصِيْرًا Laisa bi'amāniyyikum wa lā amāniyyi ahlil-kitābi, may yamal sū'ay yujza bihī, wa lā yajid lahū min dūnillāhi waliyyaw wa lā naṣīrān. Pahala dari Allah bukanlah menurut angan-anganmu dan bukan pula menurut angan-angan Ahlulkitab. Siapa yang mengerjakan kejahatan niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu dan dia tidak akan menemukan untuknya pelindung serta penolong selain Allah. وَمَنْ يَّعْمَلْ مِنَ الصّٰلِحٰتِ مِنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَاُولٰۤىِٕكَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُوْنَ نَقِيْرًا Wa may yamal minaṣ-ṣāliḥāti min żakarin au unṡā wa huwa mu'minun fa ulā'ika yadkhulūnal-jannata wa lā yuẓlamūna naqīrān. Siapa yang beramal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia beriman, akan masuk ke dalam surga dan tidak dizalimi sedikit pun. وَمَنْ اَحْسَنُ دِيْنًا مِّمَّنْ اَسْلَمَ وَجْهَهٗ لِلّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَّاتَّبَعَ مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًا ۗوَاتَّخَذَ اللّٰهُ اِبْرٰهِيْمَ خَلِيْلًا Wa man aḥsanu dīnam mimman aslama wajhahū lillāhi wa huwa muḥsinuw wattabaa millata ibrāhīma ḥanīfān, wattakhażallāhu ibrāhīma khalīlān. Siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang memasrahkan dirinya kepada Allah, sedangkan dia muhsin orang yang berbuat kebaikan dan mengikuti agama Ibrahim yang hanif? Allah telah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya. وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ مُّحِيْطًا ࣖ Wa lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍi, wa kānallāhu bikulli syai'im muḥīṭān. Hanya milik Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah Maha Meliputi segala sesuatu. وَيَسْتَفْتُوْنَكَ فِى النِّسَاۤءِۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِيْهِنَّ ۙوَمَا يُتْلٰى عَلَيْكُمْ فِى الْكِتٰبِ فِيْ يَتٰمَى النِّسَاۤءِ الّٰتِيْ لَا تُؤْتُوْنَهُنَّ مَا كُتِبَ لَهُنَّ وَتَرْغَبُوْنَ اَنْ تَنْكِحُوْهُنَّ وَالْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الْوِلْدَانِۙ وَاَنْ تَقُوْمُوْا لِلْيَتٰمٰى بِالْقِسْطِ ۗوَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِهٖ عَلِيْمًا Wa yastaftūnaka fin-nisā'i, qulillāhu yuftīkum fīhinna, wa mā yutlā alaikum fil-kitābi fī yatāman-nisā'il-lātī lā tu'tūnahunna mā kutiba lahunna wa targabūna an tankiḥūhunna wal-mustaḍafīna minal-wildāni, wa an taqūmū lil-yatāmā bil-qisṭi, wa mā tafalū min khairin fa innallāha kāna bihī alīmān. Mereka meminta fatwa kepada engkau Nabi Muhammad tentang perempuan. Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al-Qur’an tentang para perempuan yatim yang tidak kamu berikan sesuatu maskawin yang ditetapkan untuk mereka, sedangkan kamu ingin menikahi mereka, serta tentang anak-anak yang tidak berdaya. Allah juga memberi fatwa kepadamu untuk mengurus anak-anak yatim secara adil. Kebajikan apa pun yang kamu kerjakan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. وَاِنِ امْرَاَةٌ خَافَتْ مِنْۢ بَعْلِهَا نُشُوْزًا اَوْ اِعْرَاضًا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَآ اَنْ يُّصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا ۗوَالصُّلْحُ خَيْرٌ ۗوَاُحْضِرَتِ الْاَنْفُسُ الشُّحَّۗ وَاِنْ تُحْسِنُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا Wa inimra'atun khāfat mim balihā nusyūzan au irāḍan falā junāḥa alaihimā ay yuṣliḥā bainahumā ṣulḥān, waṣ-ṣulḥu khairun, wa uḥḍiratil-anfususy-syuḥḥa, wa in tuḥsinū wa tattaqū fa innallāha kāna bimā tamalūna khabīrān. Jika seorang perempuan khawatir suaminya akan nusyuz atau bersikap tidak acuh, keduanya dapat mengadakan perdamaian yang sebenarnya. Perdamaian itu lebih baik bagi mereka, walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Jika kamu berbuat kebaikan dan memelihara dirimu dari nusyuz dan sikap tidak acuh sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. وَلَنْ تَسْتَطِيْعُوْٓا اَنْ تَعْدِلُوْا بَيْنَ النِّسَاۤءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ فَلَا تَمِيْلُوْا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوْهَا كَالْمُعَلَّقَةِ ۗوَاِنْ تُصْلِحُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا Wa lan tastaṭīū an tadilū bainan-nisā'i wa lau ḥaraṣtum falā tamīlū kullal-maili fa tażarūhā kal-muallaqahti, wa in tuṣliḥū wa tattaqū fa innallāha kāna gafūrar raḥīmān. Kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri-mu walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian. Oleh karena itu, janganlah kamu terlalu cenderung kepada yang kamu cintai sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Jika kamu mengadakan islah perbaikan dan memelihara diri dari kecurangan, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. وَاِنْ يَّتَفَرَّقَا يُغْنِ اللّٰهُ كُلًّا مِّنْ سَعَتِهٖۗ وَكَانَ اللّٰهُ وَاسِعًا حَكِيْمًا Wa iy yatafarraqā yugnillāhu kullam min saatihī, wa kānallāhu wāsian ḥakīmān. Jika keduanya bercerai, Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masing dari keluasan karunia-Nya. Allah Mahaluas karunia-Nya lagi Mahabijaksana. وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَاِيَّاكُمْ اَنِ اتَّقُوا اللّٰهَ ۗوَاِنْ تَكْفُرُوْا فَاِنَّ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَنِيًّا حَمِيْدًا Wa lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍi, wa laqad waṣṣainal-lażīna ūtul-kitāba min qablikum wa iyyākum anittaqullāha, wa in takfurū fa inna lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍi, wa kānallāhu ganiyyan ḥamīdān. Hanya milik Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Sungguh, Kami telah mewasiatkan kepada orang-orang yang diberi kitab suci sebelum kamu dan juga kepadamu umat Islam agar bertakwa kepada Allah. Akan tetapi, jika kamu kufur, maka sesungguhnya hanya milik Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji. وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ ۗوَكَفٰى بِاللّٰهِ وَكِيْلًا Wa lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍi, wa kafā billāhi wakīlān. Hanya milik Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Cukuplah Allah sebagai pemelihara. اِنْ يَّشَأْ يُذْهِبْكُمْ اَيُّهَا النَّاسُ وَيَأْتِ بِاٰخَرِيْنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلٰى ذٰلِكَ قَدِيْرًا Iy yasya' yużhibkum ayyuhan-nāsu wa ya'ti bi'ākharīna, wa kānallāhu alā żālika qadīrān. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu semua wahai manusia, dan Dia datangkan umat yang lain sebagai penggantimu. Allah Mahakuasa berbuat demikian. مَنْ كَانَ يُرِيْدُ ثَوَابَ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللّٰهِ ثَوَابُ الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا ࣖ Man kāna yurīdu ṡawābad-dun-yā fa indallāhi ṡawābud-dun-yā wal-ākhirahti, wa kānallāhu samīam baṣīrān. Siapa yang menghendaki pahala dunia, maka di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. ۞ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاۤءَ لِلّٰهِ وَلَوْ عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ اَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ ۚ اِنْ يَّكُنْ غَنِيًّا اَوْ فَقِيْرًا فَاللّٰهُ اَوْلٰى بِهِمَاۗ فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوٰٓى اَنْ تَعْدِلُوْا ۚ وَاِنْ تَلْوٗٓا اَوْ تُعْرِضُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا Yā ayyuhal-lażīna āmanū kūnū qawwāmīna bil-qisṭi syuhadā'a lillāhi wa lau alā anfusikum awil-wālidaini wal-aqrabīna, iy yakun ganiyyan au faqīran fallāhu aulā bihimā, falā tattabiul-hawā an tadilū, wa in talwū au turiḍū fa innallāha kāna bimā tamalūna khabīrān. Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak keadilan dan saksi karena Allah, walaupun kesaksian itu memberatkan dirimu sendiri, ibu bapakmu, atau kerabatmu. Jika dia yang diberatkan dalam kesaksian kaya atau miskin, Allah lebih layak tahu kemaslahatan keduanya. Maka, janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Jika kamu memutarbalikkan kata-kata atau berpaling enggan menjadi saksi, sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا Yā ayyuhal-lażīna āmanū āminū billāhi wa rasūlihī wal-kitābil-lażī nazzala alā rasūlihī wal-kitābil-lażī anzala min qablu, wa may yakfur billāhi wa malā'ikatihī wa kutubihī wa rusulihī wal-yaumil-ākhiri faqad ḍalla ḍalālam baīdān. Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah, Rasul-Nya Nabi Muhammad, Kitab Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasul-Nya, dan kitab yang Dia turunkan sebelumnya. Siapa yang kufur kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan hari Akhir sungguh dia telah tersesat sangat jauh. اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ثُمَّ كَفَرُوْا ثُمَّ اٰمَنُوْا ثُمَّ كَفَرُوْا ثُمَّ ازْدَادُوْا كُفْرًا لَّمْ يَكُنِ اللّٰهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلَا لِيَهْدِيَهُمْ سَبِيْلًاۗ Innal-lażīna āmanū ṡumma kafarū ṡumma āmanū ṡumma kafarū ṡummazdādū kufral lam yakunillāhu liyagfira lahum wa lā liyahdiyahum sabīlān. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, lalu kufur, kemudian beriman lagi, kemudian kufur lagi, lalu bertambah kekufurannya, Allah tidak akan mengampuninya dan tidak pula menunjukkan kepadanya jalan yang lurus. بَشِّرِ الْمُنٰفِقِيْنَ بِاَنَّ لَهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًاۙ Basysyiril-munāfiqīna bi'anna lahum ażāban alīmān. Berilah kabar gembira’ kepada orang-orang munafik bahwa sesungguhnya bagi mereka azab yang sangat pedih. ۨالَّذِيْنَ يَتَّخِذُوْنَ الْكٰفِرِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَ ۗ اَيَبْتَغُوْنَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَاِنَّ الْعِزَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًاۗ Al-lażīna yattakhiżūnal-kāfirīna auliyā'a min dūnil-mu'minīna, ayabtagūna indahumul-izzata fa innal-izzata lillāhi jamīān. Yaitu orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pelindung dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Ketahuilah sesungguhnya semua kemuliaan itu milik Allah. وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِى الْكِتٰبِ اَنْ اِذَا سَمِعْتُمْ اٰيٰتِ اللّٰهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَاُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوْا مَعَهُمْ حَتّٰى يَخُوْضُوْا فِيْ حَدِيْثٍ غَيْرِهٖٓ ۖ اِنَّكُمْ اِذًا مِّثْلُهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ جَامِعُ الْمُنٰفِقِيْنَ وَالْكٰفِرِيْنَ فِيْ جَهَنَّمَ جَمِيْعًاۙ Wa qad nazzala alaikum fil-kitābi an iżā samitum āyātillāhi yukfaru bihā wa yustahza'u bihā falā taqudū maahum ḥattā yakhūḍū fī ḥadīṡin gairihī, innakum iżam miṡlahum, innallāha jāmiul-munāfiqīna wal-kāfirīna fī jahannama jamīān. Sungguh, Allah telah menurunkan ketentuan bagimu dalam Kitab Al-Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan oleh orang-orang kafir, janganlah kamu duduk bersama mereka hingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Sesungguhnya kamu apabila tetap berbuat demikian tentulah serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang munafik dan orang kafir di neraka Jahanam. ۨالَّذِيْنَ يَتَرَبَّصُوْنَ بِكُمْۗ فَاِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِّنَ اللّٰهِ قَالُوْٓا اَلَمْ نَكُنْ مَّعَكُمْ ۖ وَاِنْ كَانَ لِلْكٰفِرِيْنَ نَصِيْبٌ قَالُوْٓا اَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِّنَ الْمُؤْمِنِيْنَ ۗ فَاللّٰهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ وَلَنْ يَّجْعَلَ اللّٰهُ لِلْكٰفِرِيْنَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ سَبِيْلًا ࣖ Al-lażīna yatarabbaṣūna bikum, fa in kāna lakum fatḥum minallāhi qālū alam nakum maakum, wa in kāna lil-kāfirīna naṣībun qālū alam nastaḥwiż alaikum wa namnakum minal-mu'minīna, fallāhu yaḥkumu bainakum yaumal-qiyāmahti, wa lay yajalallāhu lil-kāfirīna alal-mu'minīna sabīlān. Mereka itu adalah orang-orang yang menunggu-nunggu peristiwa yang akan terjadi pada dirimu. Apabila kamu mendapat kemenangan dari Allah, mereka berkata, “Bukankah kami turut berperang bersamamu?” Jika orang-orang kafir mendapat bagian dari kemenangan, mereka berkata, “Bukankah kami turut memenangkanmu dan membela kamu dari orang-orang mukmin?” Allah akan memberi keputusan di antara kamu pada hari Kiamat. Allah tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk mengalahkan orang-orang mukmin. اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْۚ وَاِذَا قَامُوْٓا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوْا كُسَالٰىۙ يُرَاۤءُوْنَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ اِلَّا قَلِيْلًاۖ Innal-munāfiqīna yukhādiūnallāha wa huwa khādiuhum, wa iżā qāmū ilaṣ-ṣalāti qāmū kusālā, yurā'ūnan-nāsa wa lā yażkurūnallāha illā qalīlān. Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah membalas tipuan mereka dengan membiarkan mereka larut dalam kesesatan dan penipuan mereka. Apabila berdiri untuk salat, mereka melakukannya dengan malas dan bermaksud riya di hadapan manusia. Mereka pun tidak mengingat Allah, kecuali sedikit sekali. مُّذَبْذَبِيْنَ بَيْنَ ذٰلِكَۖ لَآ اِلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ وَلَآ اِلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ ۗ وَمَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ سَبِيْلًا Mużabżabīna baina żālika, lā ilā ha'ulā'i wa lā ilā ha'ulā'i, wa may yuḍlilillāhu falan tajida lahū sabīlān. Mereka orang-orang munafik dalam keadaan ragu antara yang demikian iman atau kafir, tidak termasuk golongan orang beriman ini dan tidak pula golongan orang kafir itu. Siapa yang dibiarkan sesat oleh Allah karena tidak mengikuti tuntunan-Nya dan memilih kesesatan, kamu tidak akan menemukan jalan untuk memberi petunjuk baginya. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الْكٰفِرِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَ ۚ اَتُرِيْدُوْنَ اَنْ تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ عَلَيْكُمْ سُلْطٰنًا مُّبِيْنًا Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā tattakhiżul-kāfirīna auliyā'a min dūnil-mu'minīna, aturīdūna an tajalū lillāhi alaikum sulṭānam mubīnān. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang kafir sebagai teman setia dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah kamu ingin memberi alasan yang jelas bagi Allah untuk menjatuhkan hukuman atasmu? اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ فِى الدَّرْكِ الْاَسْفَلِ مِنَ النَّارِۚ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيْرًاۙ Innal-munāfiqīna fid-darkil-asfali minan-nāri, wa lan tajida lahum naṣīrān. Sesungguhnya orang-orang munafik itu ditempatkan di tingkat paling bawah dari neraka. Kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka. اِلَّا الَّذِيْنَ تَابُوْا وَاَصْلَحُوْا وَاعْتَصَمُوْا بِاللّٰهِ وَاَخْلَصُوْا دِيْنَهُمْ لِلّٰهِ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الْمُؤْمِنِيْنَۗ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللّٰهُ الْمُؤْمِنِيْنَ اَجْرًا عَظِيْمًا Illal-lażīna tābū wa aṣlaḥū wataṣamū billāhi wa akhlaṣū dīnahum lillāhi fa ulā'ika maal-mu'minīna, wa saufa yu'tillāhul mu'minīna ajran aẓīmān. Kecuali, orang-orang yang bertobat, memperbaiki diri, berpegang teguh pada agama Allah, dan dengan ikhlas menjalankan agama mereka karena Allah, mereka itu bersama orang-orang mukmin. Kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang mukmin. مَا يَفْعَلُ اللّٰهُ بِعَذَابِكُمْ اِنْ شَكَرْتُمْ وَاٰمَنْتُمْۗ وَكَانَ اللّٰهُ شَاكِرًا عَلِيْمًا ۔ Mā yafalullāhu biażābikum in syakartum wa āmantum, wa kānallāhu syākiran alīmān. Allah tidak akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman. Allah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui. ۞ لَا يُحِبُّ اللّٰهُ الْجَهْرَ بِالسُّوْۤءِ مِنَ الْقَوْلِ اِلَّا مَنْ ظُلِمَ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ سَمِيْعًا عَلِيْمًا Lā yuḥibbullāhul-jahra bis-sū'i minal-qauli illā man ẓulima, wa kānallāhu samīan alīmān. Allah tidak menyukai perkataan buruk yang diucapkan secara terus terang, kecuali oleh orang yang dizalimi. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. اِنْ تُبْدُوْا خَيْرًا اَوْ تُخْفُوْهُ اَوْ تَعْفُوْا عَنْ سُوْۤءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيْرًا In tubdū khairan au tukhfūhu au tafū an sū'in fa innallāha kāna afuwwan qadīrān. Jika kamu menampakkan atau menyembunyikan suatu kebaikan atau memaafkan suatu kesalahan, sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Mahakuasa. اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْفُرُوْنَ بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖ وَيُرِيْدُوْنَ اَنْ يُّفَرِّقُوْا بَيْنَ اللّٰهِ وَرُسُلِهٖ وَيَقُوْلُوْنَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَّنَكْفُرُ بِبَعْضٍۙ وَّيُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّتَّخِذُوْا بَيْنَ ذٰلِكَ سَبِيْلًاۙ Innal-lażīna yakfurūna billāhi wa rusulihī wa yurīdūna ay yufarriqū bainallāhi wa rusulihī wa yaqūlūna nu'minu bibaḍin wa nakfuru bibaḍin, wa yurīdūna ay yattakhiżū baina żālika sabīlān. Sesungguhnya orang-orang yang kufur kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan bermaksud membeda-bedakan antara keimanan kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dengan mengatakan, “Kami beriman kepada sebagian dan kami mengingkari sebagian yang lain,” serta bermaksud mengambil jalan tengah antara itu keimanan atau kekufuran, اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكٰفِرُوْنَ حَقًّا ۚوَاَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابًا مُّهِيْنًا Ulā'ika humul-kāfirūna ḥaqqān, wa atadnā lil-kāfirīna ażābam muhīnān. merekalah orang-orang kafir yang sebenarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir azab yang menghinakan. وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖ وَلَمْ يُفَرِّقُوْا بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْ اُولٰۤىِٕكَ سَوْفَ يُؤْتِيْهِمْ اُجُوْرَهُمْ ۗوَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ࣖ Wal-lażīna āmanū billāhi wa rusulihī wa lam yufarriqū baina aḥadim minhum ulā'ika saufa nu'tīhim ujūrahum, wa kānallāhu gafūrar raḥīmān. Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka para rasul, kelak Allah akan memberikan pahala kepada mereka. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. يَسْـَٔلُكَ اَهْلُ الْكِتٰبِ اَنْ تُنَزِّلَ عَلَيْهِمْ كِتٰبًا مِّنَ السَّمَاۤءِ فَقَدْ سَاَلُوْا مُوْسٰٓى اَكْبَرَ مِنْ ذٰلِكَ فَقَالُوْٓا اَرِنَا اللّٰهَ جَهْرَةً فَاَخَذَتْهُمُ الصَّاعِقَةُ بِظُلْمِهِمْۚ ثُمَّ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ فَعَفَوْنَا عَنْ ذٰلِكَ ۚ وَاٰتَيْنَا مُوْسٰى سُلْطٰنًا مُّبِيْنًا Yas'aluka ahlul-kitābi an tunazzila alaihim kitābam minas-samā'i faqad sa'alū mūsā akbara min żālika fa qālū arinallāha jahratan fa akhażathumuṣ-ṣāiqatu bi ẓulmihim, ṡummattakhażul-ijla mim badi mā jā'athumul-bayyinātu fa afaunā an żālika, wa ātainā mūsā sulṭānam mubīnān. Ahlulkitab meminta kepadamu Nabi Muhammad agar engkau menurunkan sebuah kitab dari langit kepada mereka. Sungguh, mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar daripada itu. Mereka berkata, “Perlihatkanlah Allah kepada kami secara nyata.” Maka, petir menyambar mereka karena kezalimannya. Kemudian, mereka menjadikan anak sapi sebagai sembahan, padahal telah datang kepada mereka bukti-bukti ketauhidan yang nyata, lalu Kami memaafkan yang demikian itu. Kami telah menganugerahkan kepada Musa kekuasaan yang nyata. وَرَفَعْنَا فَوْقَهُمُ الطُّوْرَ بِمِيْثَاقِهِمْ وَقُلْنَا لَهُمُ ادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَّقُلْنَا لَهُمْ لَا تَعْدُوْا فِى السَّبْتِ وَاَخَذْنَا مِنْهُمْ مِّيْثَاقًا غَلِيْظًا Wa rafanā fauqahumuṭ ṭūra bimīṡāqihim wa qulnā lahumudkhulul-bāba sujjadaw wa qulnā lahum lā tadū fis-sabti wa akhażnā minhum mīṡāqan galīẓān. Kami pun telah mengangkat gunung Sinai di atas mereka untuk menguatkan perjanjian mereka. Kami perintahkan kepada mereka, “Masukilah pintu gerbang Baitulmaqdis itu sambil bersujud”. Kami perintahkan pula kepada mereka, “Janganlah melanggar peraturan pada hari Sabat.” Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kukuh. فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِّيْثَاقَهُمْ وَكُفْرِهِمْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَقَتْلِهِمُ الْاَنْۢبِيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَّقَوْلِهِمْ قُلُوْبُنَا غُلْفٌ ۗ بَلْ طَبَعَ اللّٰهُ عَلَيْهَا بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًاۖ Fabimā naqḍihim mīṡāqahum wa kufrihim bi'āyātillāhi wa qatlihimul-ambiyā'a bigairi ḥaqqiw wa qaulihim qulūbunā gulfun, bal ṭabaallāhu alaihā bikufrihim falā yu'minūna illā qalīlān. Maka, Kami hukum mereka karena mereka melanggar perjanjian itu, kafir terhadap keterangan-keterangan Allah, membunuh nabi-nabi tanpa hak alasan yang benar, dan mengatakan, “Hati kami tertutup.” Sebenarnya Allah telah mengunci hati mereka karena kekufurannya. Maka, mereka tidak beriman kecuali hanya sebagian kecil dari mereka. وَّبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلٰى مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيْمًاۙ Wa bikufrihim wa qaulihim alā maryama buhtānan aẓīmān. Kami juga menghukum mereka karena kekufuran mereka dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan tuduhan palsu lagi sangat keji. وَّقَوْلِهِمْ اِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيْحَ عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُوْلَ اللّٰهِۚ وَمَا قَتَلُوْهُ وَمَا صَلَبُوْهُ وَلٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ ۗوَاِنَّ الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوْا فِيْهِ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ ۗمَا لَهُمْ بِهٖ مِنْ عِلْمٍ اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوْهُ يَقِيْنًاۢ ۙ Wa qaulihim innā qatalnal-masīḥa īsabna maryama rasūlallāhi, wa mā qatalūhu wa mā ṣalabūhu wa lākin syubbiha lahum, wa innal-lażīnakhtalafū fīhi lafī syakkim minhu, mā lahum bihī min ilmin illattibāaẓ-ẓanni wa mā qatalūhu yaqīnān. Kami menghukum pula mereka karena ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Almasih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh adalah orang yang menurut mereka menyerupai Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentangnya pembunuhan Isa, selalu dalam keragu-raguan terhadapnya. Mereka benar-benar tidak mengetahui siapa sebenarnya yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka. Jadi, mereka tidak yakin telah membunuhnya. بَلْ رَّفَعَهُ اللّٰهُ اِلَيْهِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا Bar rafaahullāhu ilaihi, wa kānallāhu azīzan ḥakīmān. Akan tetapi, Allah telah mengangkatnya Isa ke hadirat-Nya. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. وَاِنْ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ اِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهٖ قَبْلَ مَوْتِهٖ ۚوَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ يَكُوْنُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًاۚ Wa im min ahlil-kitābi illā layu'minanna bihī qabla mautihī, wa yaumal-qiyāmati yakūnu alaihim syahīdān. Tidak ada seorang pun di antara Ahlulkitab, kecuali beriman kepadanya Isa menjelang kematiannya. Pada hari Kiamat dia Isa akan menjadi saksi mereka. فَبِظُلْمٍ مِّنَ الَّذِيْنَ هَادُوْا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبٰتٍ اُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَثِيْرًاۙ Fa biẓulmim minal-lażīna hādū ḥarramnā alaihim ṭayyibātin uḥillat lahum wa biṣaddihim an sabīlillāhi kaṡīrān. Karena kezaliman orang-orang Yahudi, Kami mengharamkan atas mereka makanan-makanan yang baik yang dahulu pernah dihalalkan bagi mereka; juga karena mereka sering menghalangi orang lain dari jalan Allah, وَّاَخْذِهِمُ الرِّبٰوا وَقَدْ نُهُوْا عَنْهُ وَاَكْلِهِمْ اَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ ۗوَاَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ مِنْهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا Wa akhżihimur-ribā wa qad nuhū anhu wa aklihim amwālan-nāsi bil-bāṭili, wa atadnā lil-kāfirīna minhum ażāban alīmān. melakukan riba, padahal sungguh mereka telah dilarang darinya; dan memakan harta orang dengan cara tidak sah batil. Kami sediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka azab yang sangat pedih. لٰكِنِ الرّٰسِخُوْنَ فِى الْعِلْمِ مِنْهُمْ وَالْمُؤْمِنُوْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَالْمُقِيْمِيْنَ الصَّلٰوةَ وَالْمُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَالْمُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ اُولٰۤىِٕكَ سَنُؤْتِيْهِمْ اَجْرًا عَظِيْمًا ࣖ Lākinir-rāsikhūna fil-ilmi minhum wal-mu'minūna yu'minūna bimā unzila ilaika wa mā unzila min qablika wal-muqīmīnaṣ-ṣalāta wal-mu'tūnaz-zakāta wal-mu'minūna billāhi wal-yaumil-ākhiri, ulā'ika sanu'tīhim ajran aẓīmān. Akan tetapi, orang-orang yang ilmunya mendalam di antara mereka dan orang-orang mukmin beriman pada Al-Qur’an yang diturunkan kepadamu Nabi Muhammad dan pada kitab-kitab yang diturunkan sebelummu. Begitu pula mereka yang melaksanakan salat, yang menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah serta hari Akhir. Kepada mereka akan Kami berikan pahala yang besar. ۞ اِنَّآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ كَمَآ اَوْحَيْنَآ اِلٰى نُوْحٍ وَّالنَّبِيّٖنَ مِنْۢ بَعْدِهٖۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَعِيْسٰى وَاَيُّوْبَ وَيُوْنُسَ وَهٰرُوْنَ وَسُلَيْمٰنَ ۚوَاٰتَيْنَا دَاوٗدَ زَبُوْرًاۚ Innā auḥainā ilaika kamā auḥainā ilā nūḥiw wan-nabiyyīna mim badihī, wa auḥainā ilā ibrāhīma wa ismāīla wa isḥāqa wa yaqūba wal-asbāṭi wa īsā wa ayyūba wa yūnusa wa hārūna wa sulaimāna, wa ātainā dāwūda zabūrān. Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepadamu Nabi Muhammad sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya. Kami telah mewahyukan pula kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yaqub dan keturunan-nya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman. Kami telah memberikan Kitab Zabur kepada Daud. وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنٰهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلًا لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ ۗوَكَلَّمَ اللّٰهُ مُوْسٰى تَكْلِيْمًاۚ Wa rusulan qad qaṣaṣnāhum alaika wa rusulal lam naqṣuṣhum alaika, wa kallamallāhu mūsā taklīmān. Ada beberapa rasul yang telah Kami ceritakan kisah tentang mereka kepadamu sebelumnya dan ada pula beberapa rasul lain yang tidak Kami ceritakan kisah tentang mereka kepadamu. Allah telah benar-benar berbicara kepada Musa secara langsung. رُسُلًا مُّبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَى اللّٰهِ حُجَّةٌ ۢ بَعْدَ الرُّسُلِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا Rusulam mubasysyirīna wa munżirīna li'allā yakūna lin-nāsi alallāhi ḥujjatum badar-rusuli, wa kānallāhu azīzan ḥakīmān. Kami mengutus rasul-rasul sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. لٰكِنِ اللّٰهُ يَشْهَدُ بِمَآ اَنْزَلَ اِلَيْكَ اَنْزَلَهٗ بِعِلْمِهٖ ۚوَالْمَلٰۤىِٕكَةُ يَشْهَدُوْنَ ۗوَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيْدًاۗ Lākinillāhu yasyhadu bimā anzala ilaika anzalahū biilmihī, wal-malā'ikatu yasyhadūna, wa kafā billāhi syahīdān. Akan tetapi, Allah bersaksi atas apa Al-Qur’an yang telah diturunkan-Nya kepadamu Nabi Muhammad. Dia menurunkannya dengan ilmu-Nya. Demikian pula para malaikat pun bersaksi. Cukuplah Allah menjadi saksi. اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ قَدْ ضَلُّوْا ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا Innal-lażīna kafarū wa ṣaddū an sabīlillāhi qad ḍallū ḍalālam baīdān. Sesungguhnya orang-orang yang kufur dan menghalang-halangi orang lain dari jalan Allah, benar-benar telah tersesat jauh. اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَظَلَمُوْا لَمْ يَكُنِ اللّٰهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلَا لِيَهْدِيَهُمْ طَرِيْقًاۙ Innal-lażīna kafarū wa ẓalamū lam yakunillāhu liyagfira lahum wa lā liyahdiyahum ṭarīqān. Sesungguhnya orang-orang yang kufur dan melakukan kezaliman, Allah tidak akan mengampuni mereka dan tidak akan menunjukkan kepada mereka jalan apa pun, اِلَّا طَرِيْقَ جَهَنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗوَكَانَ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرًا Illā ṭarīqa jahannama khālidīna fīhā abadān, wa kāna żālika alallāhi yasīrān. kecuali jalan ke neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Hal itu bagi Allah sangat mudah. يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَكُمُ الرَّسُوْلُ بِالْحَقِّ مِنْ رَّبِّكُمْ فَاٰمِنُوْا خَيْرًا لَّكُمْ ۗوَاِنْ تَكْفُرُوْا فَاِنَّ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا Yā ayyuhan-nāsu qad jā'akumur-rasūlu bil-ḥaqqi mir rabbikum fa āminū khairal lakum, wa in takfurū fa inna lillāhi mā fis-samāwāti wal-arḍi, wa kānallāhu alīman ḥakīmān. Wahai manusia, sungguh telah datang Rasul Nabi Muhammad kepadamu dengan membawa kebenaran dari Tuhanmu. Maka, berimanlah kepadanya. Itu lebih baik bagimu. Jika kamu kufur, itu tidak merugikan Allah sedikit pun karena sesungguhnya milik Allahlah apa yang di langit dan di bumi. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لَا تَغْلُوْا فِيْ دِيْنِكُمْ وَلَا تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ اِلَّا الْحَقَّۗ اِنَّمَا الْمَسِيْحُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُوْلُ اللّٰهِ وَكَلِمَتُهٗ ۚ اَلْقٰىهَآ اِلٰى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِّنْهُ ۖفَاٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖۗ وَلَا تَقُوْلُوْا ثَلٰثَةٌ ۗاِنْتَهُوْا خَيْرًا لَّكُمْ ۗ اِنَّمَا اللّٰهُ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ ۗ سُبْحٰنَهٗٓ اَنْ يَّكُوْنَ لَهٗ وَلَدٌ ۘ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ وَكِيْلًا ࣖ Yā ahlal-kitābi lā taglū fī dīnikum wa lā taqūlū alallāhi illal-ḥaqqa, innamal-masīḥu īsabnu maryama rasūlullāhi wa kalimatuhū, alqāhā ilā maryama wa rūḥum minhu, fa āminū billāhi wa rusulihī, wa lā taqūlū ṡalāṡahtun, inntahū khairal lakum innamallāhu ilāhuw wāḥidun, subḥānahū ay yakūna lahū waladun, lahū mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍi, wa kafā billāhi wakīlān. Wahai Ahlulkitab, janganlah kamu berlebih-lebihan dalam menjalankan agamamu dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah, kecuali yang benar. Sesungguhnya Almasih, Isa putra Maryam, hanyalah utusan Allah dan makhluk yang diciptakan dengan kalimat-Nya yang Dia sampaikan kepada Maryam dan dengan tiupan roh dari-Nya. Maka, berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan, “Tuhan itu tiga.” Berhentilah dari ucapan itu. Itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya hanya Allahlah Tuhan Yang Maha Esa. Mahasuci Dia dari anggapan mempunyai anak. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Cukuplah Allah sebagai pelindung. لَنْ يَّسْتَنْكِفَ الْمَسِيْحُ اَنْ يَّكُوْنَ عَبْدًا لِّلّٰهِ وَلَا الْمَلٰۤىِٕكَةُ الْمُقَرَّبُوْنَۗ وَمَنْ يَّسْتَنْكِفْ عَنْ عِبَادَتِهٖ وَيَسْتَكْبِرْ فَسَيَحْشُرُهُمْ اِلَيْهِ جَمِيْعًا Lay yastankifal-masīḥu ay yakūna abdal lillāhi wa lal-malā'ikatul-muqarrabūna, wa may yastankif an ibādatihī wa yastakbir fa sayaḥsyuruhum ilaihi jamīān. Almasih tidak akan pernah enggan menjadi hamba Allah dan begitu pula para malaikat yang dekat kepada Allah. Siapa yang enggan menyembah-Nya dan menyombongkan diri, maka Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya. فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَيُوَفِّيْهِمْ اُجُوْرَهُمْ وَيَزِيْدُهُمْ مِّنْ فَضْلِهٖۚ وَاَمَّا الَّذِيْنَ اسْتَنْكَفُوْا وَاسْتَكْبَرُوْا فَيُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًاۙ وَّلَا يَجِدُوْنَ لَهُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلِيًّا وَّلَا نَصِيْرًا Fa ammal-lażīna āmanū wa amiluṣ-ṣāliḥāti fa yuwaffīhim ujūrahum wa yazīduhum min faḍlihī, wa ammal-lażīnastankafū wastakbarū fa yuażżibuhum ażāban alīmān, wa lā yajidūna lahum min dūnillāhi waliyyaw wa lā naṣīrān. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Allah akan menyempurnakan pahala bagi mereka dan menambah sebagian dari karunia-Nya. Sementara itu, orang-orang yang enggan menyembah Allah dan menyombongkan diri, maka Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih. Mereka pun tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah. يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَكُمْ بُرْهَانٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكُمْ نُوْرًا مُّبِيْنًا Yā ayyuhan-nāsu qad jā'akum burhānum mir rabbikum wa anzalnā ilaikum nūram mubīnān. Wahai manusia, sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti kebenaran Nabi Muhammad dengan mukjizatnya dari Tuhanmu dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang Al-Qur’an. فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَاعْتَصَمُوْا بِهٖ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِيْ رَحْمَةٍ مِّنْهُ وَفَضْلٍۙ وَّيَهْدِيْهِمْ اِلَيْهِ صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًاۗ Fa ammal-lażīna āmanū billāhi wataṣamū bihī fa sayudkhiluhum fī raḥmatim minhu wa faḍlin, wa yahdīhim ilaihi ṣirāṭam mustaqīmān. Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh pada agama-Nya, maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat dan karunia dari-Nya surga serta menunjukkan mereka jalan yang lurus kepada-Nya. يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ Yastaftūnaka, qulillāhu yuftīkum fil-kalālahti, inimru'un halaka laisa lahū waladuw wa lahū ukhtun fa lahā niṣfu mā taraka, wa huwa yariṡuhā illam yakul lahā waladun, fa in kānataṡnataini fa lahumaṡ-ṡuluṡāni mimmā taraka, wa in kānū ikhwatar rijālaw wa nisā'an fa liż-żakari miṡlu ḥaẓẓil-unṡayaini, yubayyinullāhu lakum an taḍillū, wallāhu bikulli syai'in alīmun. Mereka meminta fatwa kepadamu tentang kalālah. Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalālah, yaitu jika seseorang meninggal dan dia tidak mempunyai anak, tetapi mempunyai seorang saudara perempuan, bagiannya saudara perempuannya itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya. Adapun saudara laki-lakinya mewarisi seluruh harta saudara perempuan jika dia tidak mempunyai anak. Akan tetapi, jika saudara perempuan itu dua orang, bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika mereka ahli waris itu terdiri atas beberapa saudara laki-laki dan perempuan, bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan hukum ini kepadamu agar kamu tidak tersesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
TajwidSurat An Nisa Ayat 59 Surat An Nisa Ayat 59 [ يٰٓاَيُّهَا ] Mad jaiz munfasil karena ada huruf mad yaitu alif bertemu dengan hamzah pada kalimat yang berbeda dibaca panjang 2 setengah alif atau 5 harakat. [الَّذِ] Alif lam syamsiyah atau idghom syamsiyah karena ada alif lam bertemu dengan huruf syamsiyah yaitu lam.
Assalaamu’alaikum, Hallo Sobat pada artikel ini akan diuraikan hukum tajwid surat An Nisa ayat 11. Surah An-Nisa bahasa Arabالنسآء disebut sebagai surah An-Nisa karena kebanyakan hukum fikih yang disebutkan pada surah ini adalah berkaitan dengan kaum perempuan. Dari sudut pandang volume, surah An-Nisa termasuk sebagai di antara tujuh thuwal surah-surah panjang. Setelah surah Al-Baqarah, surah An-Nisa ini merupakan surah yang terbesar dalam Al-Quran. Kata nisa kaum perempuan digunakan lebih dari dua puluh 20 kali dalam surah ini dan kebanyakan hukum fikih yang disebutkan dalam surah ini adalah berkaitan dengan kaum perempuan. Karena itu surah ini disebut sebagai An-Nisa. Nama lain dari surah ini adalah Nisa Al-Kubra yang bermakna surah An-Nisa yang besar, sebagaimana surah al-Thalaq surah 65 Al-Quran, yang merupakan Nisa al-Sughrah atau Nisa al-Qushrah yaitu surah An-Nisa yang kecil. Surat An Nisa juz berapa Surah An-Nisa merupakan surah Madani dan bagi para pembaca Al-Quran Qurra, berada pada juz 4,5 dan 6 terdiri dari 176 ayat dan menurut para pembaca Al-Quran dari Suriah Syam terdiri dari 177 ayat. Adapun menurut para pembaca lainya, surah An-Nisa memiliki 175 ayat. Yang sahih dan masyhur di antara ketiga pendapat ini adalah pendapat pertama. Surah An-Nisa ini memiliki 3764 kata dan 16328 huruf. Surah ini dari sisi penyusunan, pengumpulan dan sesuai dengan urutan mushaf merupakan surah keempat Al-Quran dan sesuai dengan tertib pewahyuan surah An-Nisa adalah surah kesembilan puluh dua 92. Surah An-Nisa adalah surah yang keenam yang diturunkan di Madinah. Dari sudut pandang volume, surah An-Nisa adalah surah yang ketiga dari ketujuh surah thuwal panjang dalam Al-Quran. Setelah surah Al-Baqarah, surah An-Nisa merupakan surah yang terbesar dan mencakup kurang lebih 1/5 juz Al-Quran. Surah An-Nisa adalah surah pertama dari sebelas surah yang memulai khitabnya dengan redaksi umum, Wahai segenap manusia ya ayyuha al-nas.[wikishia] Hukum menerapkan kaidah ilmu tajwid ketika membaca Al-Quran adalah fardhu ain, sedangkan mempelajari teorinya termasuk fardhu kifayah. Pembahasan ini diterbitkan bertujuan untuk membantu umat Islam memahami hukum tajwid secara benar. Adapun prakteknya, setiap muslim dianjurkan untuk tetap belajar kepada seorang guru secara langsung. Pembahasan artikel ini mencakup hukum mad, hukum nun sukun/tanwin, hukum bacaan ra, ghunnah, qolqolah, alif lam serta haraf lin yang ada pada surat An Nisa. Sebelum menganalisa hukum tawidnya, mari kita baca surat An Nisa ayat 11 Arab dan latin beserta artinya dibawah ini. اَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحمٰنِ الرَّحِيْمِ يُوْصِيْكُمُ اللّٰهُ فِيْۤ اَوْلَا دِكُمْ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُ نْثَيَيْنِ ۚ فَاِ نْ كُنَّ نِسَآءً فَوْقَ اثْنَتَيْنِ فَلَهُنَّ ثُلُثَا مَا تَرَكَ ۚ وَاِ نْ كَا نَتْ وَا حِدَةً فَلَهَا النِّصْفُ ۗ وَلِاَ بَوَيْهِ لِكُلِّ وَا حِدٍ مِّنْهُمَا السُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ اِنْ كَا نَ لَهٗ وَلَدٌ ۚ فَاِ نْ لَّمْ يَكُنْ لَّهٗ وَلَدٌ وَّوَرِثَهٗۤ اَبَوٰهُ فَلِاُ مِّهِ الثُّلُثُ ۗ فَاِ نْ كَا نَ لَهٗۤ اِخْوَةٌ فَلِاُ مِّهِ السُّدُسُ مِنْۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُّوْصِيْ بِهَاۤ اَوْ دَيْنٍ ۗ اٰبَآ ؤُكُمْ وَاَ بْنَآ ؤُكُمْ ۚ لَا تَدْرُوْنَ اَيُّهُمْ اَقْرَبُ لَـكُمْ نَفْعًا ۗ فَرِيْضَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَا نَ عَلِيْمًا حَكِيْمًا yuushiikumullohu fiii aulaadikum liz-zakari mislu hazhzhil-ungsayaiin, fa ing kunna nisaaa-ang fauqosnataini fa lahunna sulusaa maa tarok, wa ing kaanat waahidatang fa lahan-nishf, wa li-abawaihi likulli waahidim min-humas-sudusu mimmaa taroka ing kaana lahuu walad, fa il lam yakul lahuu waladuw wa warisahuuu abawaahu fa li-ummihis-sulus, fa ing kaana lahuuu ikhwatung fa li-ummihis-sudusu mim ba’di washiyyatiy yuushii bihaaa au daiin, aabaaa-ukum wa abnaaa-ukum, laa tadruuna ayyuhum aqrobu lakum naf’aa, fariidhotam minalloh, innalloha kaana aliiman hakiimaa “Allah mensyariatkan mewajibkan kepadamu tentang pembagian warisan untuk anak-anakmu, yaitu bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia anak perempuan itu seorang saja, maka dia memperoleh setengah harta yang ditinggalkan. Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia yang meninggal mempunyai anak. Jika dia yang meninggal tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya saja, maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia yang meninggal mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. Pembagian-pembagian tersebut di atas setelah dipenuhi wasiat yang dibuatnya atau dan setelah dibayar utangnya. Tentang orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” QS. An-Nisa’ 4 Ayat 11. “Pengertian Mad Thabi’i” Mad thabi’i يُوْصِيْكُمُ اللّٰهُ Tajwid pada kata diatas adalah Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf wawu mati setelah dlommah dan ya mati setelah kasrah. Panjang mad ashli yaitu 1 alif dua harakat. Tafkhim tebal, sebab Lam Jalalah didahului oleh dlommah lalu dibaca dengan panjang 1 alif. Mad jaiz munfasil فِيْۤ اَوْلَا دِكُمْ لِلذَّكَرِ Tajwid pada kalimat diatas adalah Mad jaiz munfashil, sebab mad ashli mad thabi’i, yaitu huruf Ya mati setelah kasrah menghadapi huruf hamzah pada lain kata. Panjang mad jaiz munfashil antara 2-5 harakat. Haraf lin huruf lin, sebab huruf Wawu mati setelah fathah. Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf alif mati setelah fathah. Idzhar syafawi, sebab Mim mati menghadapi huruf lam. Cara membaca idzhar syafawi yaitu huruf mim mati dibaca jelas tidak dengung. Huruf Ra dibaca tarqiq tipis, sebab berharakat kasrah. Alif lam qomariyah مِثْلُ حَظِّ الْاُ نْثَيَيْنِ ۚ Tajwid pada kalimat diatas adalah Alif lam qomariyah, sebab alif lam menghadapi huruf hamzah, tandanya ada sukun. Ikhfa Ausath pertengahan, sebab Nun mati menghadapi huruf tsa. Cara membaca ikhfa ausath adalah bacaan ikhfa dan ghunnahnya sama sedang. Mad Lin atau Mad Layin, sebab huruf Ya mati setelah fathah menghadapi huruf hidup lalu bacaannya diwaqafkan berhenti. Panjang Mad lin antara 2, 4 atau 6 harakat. “Hukum Ikhfa dan contohnya” Ikhfa ab’ad فَاِ نْ كُنَّ Tajwid pada kata diatas adalah Ikhfa Ab’ad paling jauh, sebab nun mati menghadapi huruf Kaf. Cara membaca Ikhfa Ab’ad yaitu huruf nun mati atau tanwin apabila menghadapi huruf Kaf atau Qaf, menghasilkan bunyi “NG”. Pada waktu mengucapkan Ikhfa Ab’ad, bacaan Ikhfa’nya lebih lama dari Ghunnahnya. Ghunnah, sebab huruf Nun ditasydid. Cara membaca ghunnah yaitu huruf nun dibaca dengung ditahan antara 2-3 harakat. Haraf lin نِسَآءً فَوْقَ اثْنَتَيْنِ Tajwid pada kalimat diatas adalah Mad wajib muttashil, sebab mad thabi’i Alif mati setelah fathah menghadapi huruf hamzah dalam 1 kata. Panjang mad wajib muttashil adalah 5 harakat dua alif setengah. Ikhfa Ausath pertengahan, sebab Tanwin Fathah menghadapi huruf fa. Haraf lin huruf lin, sebab huruf Wawu dan Ya mati setelah fathah. “Hukum Bacaan Ra” Hukum bacaan ra فَلَهُنَّ ثُلُثَا مَا تَرَكَ ۚ Tajwid pada kalimat diatas adalah Ghunnah, sebab huruf Nun ditasydid. Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf alif mati setelah fathah. Huruf Ra dibaca tafkhim tebal, sebab berharakat fathah. Hames وَاِ نْ كَا نَتْ Tajwid pada kata diatas adalah Ikhfa Ab’ad paling jauh, sebab nun mati menghadapi huruf Kaf. Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf alif mati setelah fathah. Hames, sebab huruf Ta disukun, cara membaca Hams Hames yaitu keluar aliran udara dari mulut ketika membaca huruf Ta disukun. Alif lam syamsiyah وَا حِدَةً فَلَهَا النِّصْفُ ۗ Tajwid pada kalimat diatas adalah Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf alif mati setelah fathah. Ikhfa Ausath pertengahan, sebab tanwin fathah menghadapi huruf fa. Alif lam syamsiyah, sebab alif lam menghadapi huruf nun, tandanya ada tasydid. Cara membaca alif lam syamsiyah yaitu huruf lam diidghamkan dimasukkan kedalam huruf yang ada didepannya, jadi bunyi huruf lam tidak tampak. Ghunnah, sebab huruf Nun ditasydid. “Contoh Idgham bighunnah” Idgham bighunnah وَلِاَ بَوَيْهِ لِكُلِّ وَا حِدٍ مِّنْهُمَا السُّدُسُ Tajwid pada kalimat diatas adalah Haraf lin huruf lin, sebab huruf Ya mati setelah fathah. Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf alif mati setelah fathah. Idgham bighunnah idgham ma’al ghunnah, sebab tanwin kasrah menghadapi huruf mim, lalu bacaannya didengungkan. Idzhar halqi, sebab nun mati menghadapi huruf Ha. Alif lam syamsiyah, sebab alif lam menghadapi huruf sin, tandanya ada tasydid. Ghunnah مِمَّا Tajwid pada kata diatas adalah Ghunnah, sebab huruf Mim ditasydid. Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf alif mati setelah fathah. تَرَكَ Tajwid pada kata diatas adalah Huruf Ra dibaca tafkhim tebal, sebab berharakat fathah. اِنْ كَا نَ Tajwid pada kata diatas adalah Ikhfa Ab’ad paling jauh, sebab nun mati menghadapi huruf Kaf. Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf alif mati setelah fathah. Mad shilah qashirah لَهٗ Tajwid pada kata diatas adalah Mad shilah qashirah, sebab Ha dlomir berharakat dlommah terbalik dan tidak menghadapi huruf mad dan tidak disambung ke huruf didepannya. Huruf sebelumnya berharakat. Panjang mad shilah qashirah adalah 1 alif dua harakat. Qolqolah kubra وَلَدٌ ۚ Tajwid pada kata diatas adalah Qolqolah kubra bila waqaf, sebab huruf qolqolah yaitu sukun karena bacaannya diwaqafkan berhenti. Bila disambung tidak terjadi hukum qolqolah. “Contoh Idgham bila ghunnah” Idgham bila ghunnah فَاِ نْ لَّمْ يَكُنْ لَّهٗ Tajwid pada kalimat diatas adalah Idgham bila ghunnah tidak dengung, sebab nun mati menghadapi huruf Lam. Idzhar syafawi, sebab Mim mati menghadapi huruf ya. Mad shilah thawilah, sebab Ha dlomir berharakat dlommah terbalik menghadapi huruf mad tetapi tidak disambung ke huruf didepannya. Idgham bighunnah وَلَدٌ وَّوَرِثَهٗۤ اَبَوٰهُ Tajwid pada kalimat diatas adalah Idgham bighunnah idgham ma’al ghunnah, sebab tanwin dlommah menghadapi huruf , lalu bacaannya didengungkan. Mad shilah thawilah, sebab Ha dlomir berharakat dlommah terbalik menghadapi huruf mad tetapi tidak disambung ke huruf didepannya. Huruf sebelumnya berharakat. Panjang mad shilah thawilah adalah 5 harakat. Mad ashli mad thabi’i, sebab fathah berdiri diatas huruf wawu. فَلِاُ مِّهِ الثُّلُثُ ۗ Tajwid pada kalimat diatas adalah Ghunnah, sebab huruf Mim ditasydid. Alif lam syamsiyah, sebab alif lam menghadapi huruf tsa, tandanya ada tasydid. فَاِ نْ كَا نَ Tajwid pada kata diatas adalah Ikhfa Ab’ad paling jauh, sebab nun mati menghadapi huruf Kaf. Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf alif mati setelah fathah. Mad shilah thawilah لَهٗۤ اِخْوَةٌ فَلِاُ مِّهِ Tajwid pada kalimat diatas adalah Mad shilah thawilah, sebab Ha dlomir berharakat dlommah terbalik menghadapi huruf mad tetapi tidak disambung ke huruf didepannya. Ikhfa Ausath pertengahan, sebab Tanwin Dlommah menghadapi huruf fa. Ikhfa Ausath pertengahan, sebab Tanwin Dlommah menghadapi huruf fa. السُّدُسُ Tajwid pada kata diatas adalah Alif lam syamsiyah, sebab alif lam menghadapi huruf sin, tandanya ada tasydid. “Contoh Iqlab” Iqlab مِنْۢ بَعْدِ Tajwid pada kata diatas adalah Iqlab, sebab nun mati menghadapi huruf Ba. Tandanya ada mim kecil, cara membaca Iqlab yaitu bunyi nun mati atau tanwin diganti menjadi mim lalu bacaannya didengungkan. وَصِيَّةٍ يُّوْصِيْ Tajwid pada kata diatas adalah Idgham bighunnah idgham ma’al ghunnah, sebab tanwin kasrah menghadapi huruf ya. Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf wawu mati setelah dlommah dan ya mati setelah kasrah. Mad lin بِهَاۤ اَوْ دَيْنٍ ۗ Tajwid pada kalimat diatas adalah Mad jaiz munfashil, sebab mad ashli mad thabi’i, yaitu huruf Alif mati setelah fathah menghadapi huruf hamzah pada lain kata. Panjang mad jaiz munfashil antara 2-5 harakat. Haraf lin huruf lin, sebab huruf Wawu mati setelah fathah. Mad Lin atau Mad Layin, sebab huruf Ya mati setelah fathah menghadapi huruf hidup lalu bacaannya diwaqafkan berhenti. Panjang Mad lin antara 2, 4 atau 6 harakat. “Pengertian Mad Badal” Mad badal اٰبَآ ؤُكُمْ وَاَ بْنَآ ؤُكُمْ ۚ Tajwid pada kalimat diatas adalah Mad badal, sebab berkumpulnya huruf Hamzah dengan huruf mad dalam satu kata Alif fathah berdiri, panjang mad badal yaitu 1 alif dua harakat. Mad wajib muttashil, sebab mad thabi’i Alif mati setelah fathah menghadapi huruf hamzah dalam 1 kata. Panjang mad wajib muttashil adalah 5 harakat dua alif setengah. Idzhar syafawi, sebab Mim mati menghadapi huruf wawu. Qolqolah sughra, sebab huruf qolqolah yaitu ba sukun asli. Qolqolah sughra لَا تَدْرُوْنَ Tajwid pada kata diatas adalah Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf alif mati setelah fathah dan wawu mati setelah dlommah. Qolqolah sughra, sebab huruf qolqolah yaitu dal sukun asli. اَيُّهُمْ اَقْرَبُ لَـكُمْ نَفْعًا ۗ Tajwid pada kalimat diatas adalah Idzhar syafawi, sebab Mim mati menghadapi huruf hamzah dan nun. Qolqolah sughra, sebab huruf qolqolah yaitu qaf sukun asli. Huruf Ra dibaca tafkhim tebal, sebab berharakat fathah. Mad iwad iwadl , sebab huruf alif tanwin fathah lalu bacaannya waqaf berhenti. Hukum lam Jalalah فَرِيْضَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗ Tajwid pada kalimat diatas adalah Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf ya mati setelah kasrah. Idgham bighunnah idgham ma’al ghunnah, sebab tanwin fathah menghadapi huruf mim. Tafkhim tebal, sebab Lam Jalalah didahului oleh fathah lalu dibaca dengan panjang 1 alif. اِنَّ اللّٰهَ كَا نَ Tajwid pada kata diatas adalah Ghunnah, sebab huruf Nun ditasydid. Tafkhim tebal, sebab Lam Jalalah didahului oleh fathah lalu dibaca dengan panjang 1 alif. Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf alif mati setelah fathah. Mad iwad عَلِيْمًا حَكِيْمًا Tajwid pada kata diatas adalah Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf ya mati setelah kasrah. Idzhar halqi, sebab tanwin fathah menghadapi huruf ha. Mad iwad iwadl , sebab huruf alif tanwin fathah lalu bacaannya waqaf berhenti. Panjang mad iwadl yaitu 1 alif. Demikianlah analisa hukum tajwid surat An Nisa ayat 11 arab latin lengkap dengan arti dan analisanya, semoga bermanfaat dan bisa dipraktekkan.
CnPPERz. 4xgnrgdioh.pages.dev/5864xgnrgdioh.pages.dev/2294xgnrgdioh.pages.dev/394xgnrgdioh.pages.dev/4434xgnrgdioh.pages.dev/1984xgnrgdioh.pages.dev/5514xgnrgdioh.pages.dev/5374xgnrgdioh.pages.dev/328
tajwid surat an nisa